Selasa, 21 Desember 2010

SEJARAH BAND SAINT LOCO




Jagad rock tanah air seakan tak berhenti melahirkan band-band spektakuler untuk melaju ke barisan terdepan. Salah satunya adalah Saint Loco, band yang mengawali karirnya di kancah rock tanah air pada tahun 2004 dengan debut album bertajuk Rock Upon A Time. Album ini menjadi awal langkah sukses Saint Loco mengenalkan dirinya ke publik dengan mengusung lagu-lagu berkekuatan hip-rock. Berbagai penghargaan berhasil mereka sabet diantaranya adalah; Best Rock Album versi Majalah Hai tahun 2005 dan Rock Best Of The Year Album versi I-Radio tahun 2005. Single “Microphone Anthem”, yang menjadi unggulan mereka kala itu, berhasil mengejawantahkan Saint Loco sebagai penerus generasi musik rock Indonesia .

Di bulan September 2006, MTV mengganjar mereka dengan predikat MTV EXCLUSIVE ARTIST for SEPTEMBER. Album kedua mereka yang bertajuk Vision For Transition dirilis dibulan yang sama. Sebuah album yang menggambarkan progresi dari musikalitas keenam anak super kreatif; Iwan (gitaris), Gilbert (bassis), Nyonk (drummer), Tius (the spinner), Joe (vokalis) dan Berry (MC). Ini sebagai satu pegangan bahwa nama Saint Loco masih punya kekuatan untuk musik rock yang berkualitas.

Another Vision for Indonesia Rock Concept

Lewat album keduanya, Vision For Transition, Saint Loco menawarkan konsep musik yang lebih berani. Dari kulit albumnya (baca: cover) sudah terbaca keberanian Saint Loco dengan memberikan warna-warna berani dan penempatan yang terbilang tidak umum. Untuk isinya, rock yang dibawakan mereka kali ini lebih sing-a-long dibandingkan album sebelumnya meski tensi tonalitas rock mereka tetap tinggi. Dengarkan saja “Kedamaian”, sebuah lagu mellow-rock yang menampilkan seorang vokalis bjorky-melankolis, Astrid. Lagu ini dibuka dengan dentingan piano dan dihantarkan dalam beat mid-tempo. Kekuatan lirik bilingual dan karakter vokal Joe dengan Astrid serta MC Berry menambah padu lagu yang menjadi single pertama album ini.

Penggarapan album Vision For Transition ini menempuh masa 7 bulan preproduction serta pengumpulan materi yang dimulai sekitar Agustus 2005 dan dilanjutkan dengan 3 bulan untuk recording dan 1 bulan mixing. Karena hampir seluruh lagu dalam album Vision For Transition dibuat di studio pribadi milik DJ Tius, Saint Loco kali ini merasa bisa lebih mengeksplorasi sound dan berkespresi sebebas mungkin. Dengar saja “Terapi Energi” dari track 2, sebuah lagu yang menampilkan totalitas bermain musik ala Saint Loco. ‘It’s the real Saint Loco’.

Mastering album Vision For Transition ini dikerjakan di sebuah studio bernama Euphonic Masters yang ada di Memphis , Tennese, Amerika Serikat. Ditangani langsung oleh Brad Blackwood, seorang insinyur tata suara kenamaan yang pernah menyabet 9 nominasi Grammy Award dan 6 nominasi Dove Award sejak tahun 1998.

Keberanian lainnya yang ditampilkan Saint Loco adalah permainan emosi lagu per lagu. Jika disimak dari awal runtutan lagu dalam album Vision For Transition ini, Anda akan dibawa banging your head lalu diselingi dengan fase exhaling berganti-gantian. Ini membuat fungsi pendengaran tidak terganggu dengan bunyi-bunyi yang pekak namun Anda akan dimanja untuk menikmati petualangan Vision For Transition ini dengan hati gembira. Mau contoh? Di track 5 kita akan disuguhi permainan kombinasi antara gitar akuistik dan crunch serta synth-string yang membuai yang hadir di lagu “Fallin”. Beat middle di “Fallin” ini hadir sebagai penghantar untuk hentakan di track 6, “Get Up”. Setelah lelah moshing dan jejingkrakan, track selanjutnya, “Centro”, mengistirahatkan pendengaran dalam instrumentalia tembang passionate-electronica-sound sebelum dipecahkan lagi ditrack berikutnya, “Transition”. Maka sayang sekali jika Anda menikmati album ini tidak utuh atau hanya satu atau dua lagu saja.

Why Vision For Transition Now?

Musik rock di Indonesia terus berkembang ke arah yang positif, thanks to Godbless! Dan Saint Loco melihat perkembangan ini sebagai motivator mereka untuk bisa berkreasi lebih. Trend musik rock dunia yang kini berkembang dengan memasukkan unsur Rap, Punk, New Wave serta electronica menjadi acuan Saint Loco untuk diterapkan dalam musik mereka. Dengar saja Vision For Transition yang kini lebih minimum aksi solo melodi gitar dan cenderung dominan lewat riff atau blocking gitar dan loop. Konsentrasi album ini pun dipusatkan di lagu yang lebih melodius dan reffrain yang catchy. “Musik metal telah berubah… ,” tandas Saint Loco tegas.

Maka sambutlah salah satu ikon dari regenerasi musik rock tanah air, Saint Loco. Lewat Vision For Transition ini mereka kembali menghentak dan mencoba untuk menelusup kembali dan tampil berbeda dari yang sudah ada.





BIOGRAFI SAINT LOCO

Saint Loco berdiri September 2002. Sejak 7 Mei 2004, Saint Loco dipersunting mayor label Sony BMG Music Entertainment Indonesia. Album perdana mereka 'Rock Upon a Time' berhasil terjual 15 ribu kopi selama 2 bulan. Saint Loco memang doyan mengkombinasikan bahasa Inggris dan Indonesia dalam albumnya. Mereka pernah disebut-sebut sebagai Linkin Park Indonesia namun Saint Loco menepis anggapan itu dengan musik mereka.

Personel: Album studio:
1. Rock Upon A Time (2004)
2. Vision For Transition (2006)
Berry - MC
Joe - Vocal
DJ Tius - The Spinner
Nyong - Drum
Gilbert - Bass
Iwan - Guitar
Joe - Vokal
Joe - Vocal



Berry - Reper



Iwan - Guitar



Gilbert - Bass



Nyong - Drum




DJ Tius - The Spinner






I LOVE SAINT LOCO

aKu adalah salah satu pengemar saint loco......
kerena musik yang di usung adalah musik gue bangat.....
setiap detak jantung aku bergemuruh bila mendengar tembang-tembang yang di mainkan oleh mereka......

GOD BLESS SAINT LOCO
selalu eksis buat saint loco....
saint loco-Never Die


DISKOGRAFI

01. SAINT LOCO _ Rock Upon A Time (2004)


Label: Sony BMG Indonesia

Track List
1. Maria
2. Microphone Anthem
3. Answer
4. Famous Freak
5. Rock Your Voice
6. Fly Away
7. Promised Land
8. Hip Rock
9. Metropolis
10. Fredom Fighter
11. My Friend
12. Outro


02. SAINT LOCO _ Vision For Transition (2007)


Label: Sony BMG Indonesia

Track List
1. Intro
2. Terapi Energi
3. Kedamaian
4. New Life
5. Fallin
6. Get Up
7. Centro
8. Transition
9. Masterplan
10. Fearless
11. Break Away
12. Stranger In My Blanket
13. Outro

Sabtu, 11 Desember 2010

Kolev incar bepe untuk jadi striker SFC

Kebutuhan akan seorang striker murni, demikian mendesak bagi Sriwijaya FC. Maklum saja, jika berkaca pada statistik jumlah gol sejak awal musim, jelas striker SFC bisa dikatakan tumpul dari enam laga Superliga Indonesia, Kayamba cs hanya melesakkan enam gol.

Hal ini membuat Pelatih Sriwijaya Football Club Ivan Kolev berniat merekrut striker Persija Bambang Pamungkas untuk memperkuat tim pada putaran kedua Superliga, Februari 2011.

"SFC membutuhkan seorang striker murni, dan saya tertarik pada Bambang Pamungkas," kata Kolev kepada GOAL.com Indonesia di Palembang, Sabtu.

Dia mengungkapkan, Bambang adalah striker yang dibutuhkannya karena memiliki skill diatas rata-rata dan telah berpengalaman.

"Saya rasa, Bambang masih sosok striker terbaik di Liga Super Indonesia. Itulah yang menyebabkan saya menginginkannya pada putaran kedua nanti," ujar dia.

Kolev mengaku tahu benar mengenai kwalitas Bambang karena sempat membesut saat menjadi pelatih Timnas Indonesia tahun 2007 lalu.

"Bambang memiliki skill individu yang baik. Dia handal dalam bola-bola atas maupun bola-bola bawah," kata dia.

Terkait dengan performa gemilang dua striker timnas, Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim, Kolev tetap masih memilih Bambang Pamungkas.

Menurut dia, kwalitas Bambang masih lebih baik dari striker timnas itu.

"Saya masih memilih Bambang dibandingkan Gonzales dan Irfan," kata pelatih asal Bulgaria ini.

Manajemen SFC memberikan lampu hijau kepada Kolev untuk melakukan perombakan tim, terutama untuk sektor depan yang diakui kurang tajam.

Sementara ini, SFC telah diperkuat beberapa striker asing dan lokal, tapi dari enam laga hanya bisa melesakkan enam gol.

"Yang dibutuhkan SFC adalah seorang striker yang mempunyai naluri mencetak gol yang tinggi. Saya berharap bisa mendapatkannya pada putaran kedua nanti," ujar dia.

SETAU ANE,bepe ingin menggantungkan sepatunya di persija.
moga moga itu benar. B20P KEBANGGAN THE JAK MANIA.

SALAM 1 JIWA.

Jumat, 10 Desember 2010

"sebuah janji di tengah malam yg sunyi" B20P part 2

Dalam paragraf terakhir salah satu artikel saya (Special treatment for special person - 2008), terdapat sebuah kalimat yg berisi demikian. “Itu adalah komitmen saya sejak pertama kali saya di beri kehormatan menggunakan seragam kebesaran merah - putih 9th lalu. Dan satu hal lagi, saya siap menerjang apapun badai yg akan menerpa saya, karena - Saya Bukan Seorang Pengecut…!!!

Pada kesempatan kali ini, saya ingin membahas sebuah kata dalam kutipan kalimat diatas, yaitu komitmen 9th yg lalu (Saat artikel tersebut saya tulis) atau 11th yg lalu (Saat saya menulis artikel ini). Sebuah peristiwa yg sejujurnya ringan, akan tetapi memberikan makna yg sangat dalam bagi pribadi saya, karir saya, cara saya berpikir serta karakter saya dalam menjalani pekerjaan sebagai pemain sepakbola..

Dan di bawah ini adalah ceritanya:

“Once, when i was young and started to play football, my bigest dream was to wear the red - white colour jersey and play for my country. And that dream remains, until now”

Sepulang bermain untuk timnas Indonesia di ajang Sea Games 1999 di Brunei Darussalam, saya menyempatkan diri pulang dan sowan pada kedua orang tua saya di Getas, Kec pabelan, Kab semarang. Saat itu, dua minggu menjelang Liga Indonesia VI di bergulir. Mengingat saya belum mempunyai klub, maka saya memutuskan untuk beristirahat dulu di kampung halaman…

Ada satu hal yg unik dalam perjalanan karir saya sebagai pemain sepakbola, hal unik yg mungkin tidak akan pernah dialami oleh pemain sepakbola lain republik ini. Yaitu, saat pertama kali saya bermain untuk tim nasional Indonesia, status saya masih sebagai pemain amatir (Belum bermain di liga Indonesia). Saat itu saya baru saja lulus dari kelas 3 IPS 2, di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Salatiga. Sebagai pemain sepakbola, saya hanya berstatus sebagai pemain dari Diklat Sepakbola Salatiga…

Saya mendapat kehormatan tersebut, karena dalam ajang piala asia usia 19th dan pra olimpiade saya tampil cukup impresif. Kebetulan saat itu, timnas U 19, timnas pra olimpiade dan timnas senior di kepalai oleh seorang pelatih yg sama, yaitu pelatih asal Jerman yg bernama Bernard schoem…

Dalam artikel saya (Diskusi via Twitter part one - 2009), saya sempat menyebutkan bahwa, salah satu hal yg paling saya sukai dari pelatih asing adalah, seorang pelatih asing selalu berani memberi kesempatan pada para pemain muda untuk unjuk kebolehan. Mereka selalu berpikir jauh ke depan dengan menyiapkan pemain-pemain muda, agar regenerasi dan keseimbangan sebuah tim terjaga dengan baik..

Dalam ajang Sea Games tersebut, banyak ilmu dan pengalaman yg saya dapat, karena saat itu saya mendapat kesempatan untuk bermain dalam satu tim bersama pemain-pemain kelas satu di negeri ini. Sebut saja Bima sakti, Widodo C Putra (assisten pelatih tim nas saat ini), Aji Santoso, Anang Ma’ruf, Nur alim, Bejo Sugiantoro, Rochy Putiray, I Komang Putra, Hendro kartiko, Ali Sunan, Uston Nawawi, Agung Setyabudhi dll (Sangat di sayangkan Kurniawan D.J tidak berada dalam tim). Ketika itu kami berhasil membawa pulang medali perunggu, setelah mengalahkan Singapura di perebutan tempat ke tiga, melalui adu pinalty..

Sepulang dari ajang Sea Games 1999 tersebut, banyak hal yg berubah dalam kehidupan sehari-hari saya. Secara pribadi sejujurnya saya merasa tidak berubah, yg berubah adalah hal-hal di sekitar diri saya. Orang-orang mulai menegur saya ketika saya tengah berjalan, mereka tersenyum ramah kepada saya, ada beberapa yg meminta tanda tangan, akan tetapi tidak banyak atau boleh dikatakan jarang yg meminta berfoto bersama, karena saat itu tehnologi yg bernama handphone belum menjamur seperti saat ini, bahkan saat itu sayapunbelum mempunyai ponsel pribadi…

Ketika berlibur di kampung halaman, saya banyak mengabiskan waktu saya berkumpul bersama orang tua dan saudara-saudara saya. Tidak lupa, saya juga menyempatkan diri untuk bermain kembali dengan sahabat-sahabat sepermainan saya, baik teman sekampung, sahabat di sekolah maupun rekan-rakan saya di Diklat salatiga…

Suatu hari saya pulang larut malam, kira-kira pukul 11 malam saya sampai di rumah. Saat itu saya pulang bersama seorang teman yg bernama Wasis Budiman, seorang pemain Diklat salatiga yg berasal dari kota Rembang, boleh di katakan dia adalah sahabat saya yg paling dekat…

Jarak Salatiga dengan Getas kira-kira memakan waktu 15 menit, saat itu kami berdua mengendarai sepeda motor Honda mega pro milik ayah saya. Wasis memagang kendali kemudi, sedang saya duduk di belakang sebagai penumpang (Sekedar untuk di ketahui, saat itu saya belum bisa menaiki sepeda motor, saya baru bisa mengendarai sepeda motor di usia 29th hehehe)..

Maka selama 15 menit, kamipun memacu sepeda motor tadi dengan kencangnya membelah suasana malam yg gelap, sunyi dan sangat dingin. Perjalanan itu sendiri terasa cukup mencekam, karena untuk sampai ke desa saya, kami harus melewati hamparan sawah yg luas serta dua buah pemakaman yg sudah cukup tua. Bagi mereka yg tidak terbiasa, saya yakin rasa takut akan datang menghampiri, akan tetapi bagi kami orang-orang kampung seperti saya, suasana tadi adalah salah satu daya tarik yg malah sampai saat ini Sesampainya dirumah, kopi panas adalah hal pertama yg kami cari. Teras depan rumah orang tua saya, kami pilih menjadi tempat untuk menikmati kopi tubruk tersebut. Beberapa pisang goreng sisa tadisore, terasa sangat nikmat dan pas untuk menjadi teman si kopi hitam yg kental tadi…

Sambil mengunyah pisang goreng dan menyeruput kopi panas, saya dan Wasis pun berbincang bincang ringan, membahas hal-hal yg lazimnya di bahas oleh anak-anak muda seusia kami. Hal tersebut membuat kami sesekali tertawa terkekeh-kekeh di tengah kesunyian malam tersebut. Bahkan beberapa kali, petugas ronda yg kebetulan lewat di depan rumah sayapun memperingatkan kami, tentunya sembari bercanda, karena mereka adalah teman-teman saya juga..

Jam Guess palsu ditangan kanan saya sudah menunjukkan pukul 00:45 pagi saat kami berdua memutuskan untuk beristirahat. Saat berjalan memasuki rumah, saya sempat terperanjat karena melihat sesuatu yg baru di ruang tamu. Di keremangan ruangan, nampak sebuah pigura kaca besar terpasang di salah satu sudut ruangan ini. Barang ini tidak pernah ada sebelumnya, maka secara reflek sayapun berjalan menghampiri pigura tersebut..

Setelah saya perhatikan dengan seksama ternyata pigura kaca tersebut berisi jersey tim nasional yg saya kenakan di perhelatan Sea Games yg lalu. Tanpa sepengetahuan saya, ternyata ayah saya telah memesan sebuah figura untuk memajang jersey tersebut. Mungkin itu adalah ungkapan rasa bangga dari seorang ayah yg anaknya mendapat kesempatan membela negaranya..

Saat itu saya mempersilahkan Wasis untuk berangkat tidur terlebih dahulu. Agar nampak lebih jelas lampu ruang tamupun saya nyalakan, maka sekarang nampak jelas sebuah baju tim nasional berwarna merah dengan motif garis horizontal putih serta bernomor 20 di bagian dada. Bagian depan baju ini penuh dengan tanda tangan seluruh anggota squad tim nasional saat itu. Di bagian tengah, terdapat tanda tangan kapten kesebelasan saat itu, yaitu Bima Sakti beserta tulisan “Semoga Sukses buat Bambang” di bagian bawah namanya..

Itu adalah jersey pertama saya bersama tim nasional Indonesia, jersey itu memiliki nilai sejarah yg sangat tinggi dalam perjalanan karir sepakbola saya. Saya ingat, ketika pertama kali saya menunjukkan jersey tersebut kepada ayah saya, dengan semangat ayah saya langsung mengenakannya, bahkan menggunakan nya untuk bermain tenis bersama rekan-rekan sekantor beliau di sore harinya. Dengan bangganya ayah saya menceritakan setiap detail tanda tangan pemain nasional yg ada di atas jersey tersebut..

Dari raut muka ayah saya, nampak sekali jika beliau sangat bangga memakai seragam tersebut. Bahkan saya melihat, mungkin melebihi kebanggaan saya sendiri ketika mengenakannya. Terlihat sedikit norak dan kampungan memang, akan tetapi menurut pendapat saya, itulah sebuah ungkapan perasaan yg spontan dan jujur dari ayah saya..

Setelah saya perhatikan dengan seksama, ternyata pigura ini sedikit kurang simentris dalam pemasangannya, salah satu ujungnya nampak lebih tinggi dari sisi yg lain, maka dengan segera sayapunmembetulkan letak pigura tersebut. Malam itu, sambil memandang jersey tersebut sayapun berjanji dalam hati. Sebuah janji yg akan selalu saya pegang, sampai saatnya nanti saya harus berhenti. Iya, sampai saatnya nanti saya harus berhenti..

Saya berjanji untuk selalu berusaha menepati dan menyanggupi setiap panggilan dari tim nasional Indonesia, apapun keadaannya. Saya akan selalu berusaha untuk datang tepat waktu, memberikan kemampuan terbaik saya, serta memberikan dedikasi tertinggi saya kepada pasukan garuda, dalam apapun kendalanya..

“Kemampuan saya mungkin akan berangsur surut seiring dengan berjalannya waktu, ketajaman saya sebagai seorang striker mungkin lambat laun akan memudar seiring dengan berkembangnya permainan sepakbola itu sendiri. Akan tetapi “TIDAK” dengan komitmen dan dedikasi saya kepada tim merah - putih. TIDAK AKAN PERNAH BERUBAH…!!!”

Di belahan dunia manapun, bermain untuk tim nasional adalah puncak dari karir seorang pesepakbola, tidak ada yg dapat memungkiri itu. Memakai jersey merah-putih adalah perpaduan antara sebuah tanggung jawab dan kebanggan yg luar biasa. Sebuah kebanggan yg tidak akan pernah dapat di nilai dengan sekedar sebuah mata uang..

Menyayikan lagu Indonesia Raya bersama puluhan ribu pendukung garuda, merupakan sebuah pengalaman yg tidak akan pernah dapat di lukiskan dengan kata-kata (Baca: Artikel ketika sebuah lagu menyadarkan saya - 2008). Saya akan selalu berusaha menghayati dan menyanyikan lagu tersebut dengan lantangnya, dalam setiap penampilan saya bersama tim nasional Indonesia. Sebuah rasa kebanggaan yg hanya akan anda pahami, ketika anda mengalaminya sendiri..

Sebagai pemain, ada sebuah prinsip yg akan selalu saya pegang dalam karir sepakbola saya. Yaitu, saya akan selalu berusaha memberikan kemampuan terbaik saya dan mensupport tim baik di atas lapangan, dari bangku cadangan maupun dari tribun penonton..

Terkadang kita harus mampu mengesampingkan ego pribadi demi keutuhan tim, karena kebutuhan tim diatas segalanya, apalagi hal tersebut menyangkut kepentingan negara. bagi saya, apapun keputusan pelatih adalah bersifat mutlak dan tidak dapat di ganggu gugat. Sebuah keputusan yg harus di hormati oleh seluruh komponen di dalam tim, karena memang begitulah cara kerja orang-orang profesional..

Saya selalu berusaha menjaga hubungan profesional secara baik dengan siapapun pelatih yg menangani saya bersama tim nasional. Dan sejujurnya, itu merupakan salah satu faktor kunci dalam keberhasilan saya bertahan selama 11 th, tampil sebanyak 81 kali dan mencetak 37 gol untuk negara yg sangat saya cintai (Sampai saat ini)..

Seperti halnya pigura kaca tersebut, yg sampai dengan saat dimana saya menulis artikel ini, masih menempel dengan kokoh di tempat yg sama dan tidak bergerak sedikitpun. Maka sampai detik ini, keyakinan, komitmen dan dedikasi saya juga tidak bergerak dan berkurang sedikitpun, tidak akan pernah berkurang kawan, sampai kapanpun. Saya tidak akan berhenti bermain untuk tim nasional, sampai suatu saat nanti, tenaga dan pikiran saya tidak dibutuhkan lagi oleh pelatih tim nasional..

“Cepat atau lambat, jersey merah - putih ini pasti akan tanggal dari badanku. Akan tetapi satu hal yg pasti, lambang garuda itu akan tetap melekat di dada kiriku, tinggal disana sampai akhir hayatku”

One faith, one flag, one mission, one heart and one love for INDONESIA..

Selesai.. selalu inginsaya ulangi kembali

Hadapi PERSIJA JAKARTA, Sriwijaya FC Tanpa Persiapan Khusus

Pelatih Sriwijaya FC Ivan Kolev mengatakan timnya tidak memiliki persiapan khusus untuk menghadapi Persija Jakarta pada laga ujicoba di Palembang, Rabu (15/12).

Kolev mengakui, dirinya justru masih fokus untuk membenahi koordinasi antarpemain, dibandingkan menyiapkan strategi untuk mengalahkan Persija pada laga ujicoba itu.

"Ujicoba dengan Persija, bagi saya, seperti halnya latihan dan tidak ada persiapan khusus. Saya tidak akan membebani pemain harus memetik kemenangan pada laga itu," ujar Kolev kepada GOAL.com Indonesia di Palembang, Rabu (8/12).

Menurut dia, laga ujicoba itu akan dimanfaatkan untuk mematangkan kesiapan tim sebelum laga melawan Persib Bandung di Palembang, 2 Januari 2011.

"Buat apa kemenangan pada laga ujicoba, jika nantinya lawan Persib malah menelan kekalahan," kata dia.

Untuk itu, pada laga ujicoba nanti, Kolev akan menitikberatkan pada pembenahan kerja sama antarpemain dalam menerapkan strategi.

"Masih banyak yang harus dibenahi dalam tim, terutama untuk membuat tim lebih mengedepankan permainan kolektif dibandingkan mengandalkan permainan individu," ujar dia.

Menurut dia, Persija Jakarta adalah tim yang cukup sepadan untuk dijadikan lawan tanding.

"Saya senang akhirnya tim mendapatkan lawan uji coba yang cukup sepandan. Ini sangat penting, karena libur selama kurang lebih dua bulan dikhwatirkan akan menurunkan performa tim," kata pelatih asal Bulgaria ini.

Sementara itu, manajemen klub tetap menginginkan Laskar Wong Kito memetik kemenangan meskipun laga itu adalah laga uji coba.

"Buat kami selaku manajemen, tentunya menang akan lebih baik daripada kalah. Jadi, meskipun lawan Persija nanti hanya sebatas ujicoba, tapi kami meminta tim tetap berusaha untuk menang," kata Direktur Teknik PT Sriwijaya Optimis Mandiri Hendri Zainuddin.

Menurut dia, dengan memetik kemenangan, maka hal itu akan berdampak positif untuk mengarungi laga berikutnya.

"Jika bisa menang lawan Persija, maka tim akan percaya diri saat memulai laga perdana setelah masa libur," ujar dia.

Indonesia vs Philipina Akan Digelar di GBK

Laga Semifinal AFF 2010 antara Indonesia vs Philipina rencananya akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan Jakarta baik Semifinal Leg 1 pada tanggal 16 Desember 2010 maupun Semifinal Leg 2 pada tanggal 19 Desember 2010, berdasarkan table “Press statement from AFF - Confirmed venues for knock-out stages” yang dirilis di situs resmi kejuaraan AFF 2010, Pihak AFF sudah mengkonfirmasi untuk match schedule partai Semifinal AFF 2010 termasuk partai semifinal antara Indonesia vs Philipina yang menunjuk SUGBK Jakarta, Indonesia sebagai venue laga Semifinal ini baik Leg 1 maupun Leg 2 yang akan digelar Pukul 19.00 WIB, sementara partai Semifinal lainnya antara Vietnam vs Malaysia akan dilangsungkan di kedua negara masing-masing, Leg 1 pada tanggal 15 Desember 2010 di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia dan Leg 2 pada tanggal 18 Desember 2010 di Stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam.

Berdasarkan Pengamatan Jak Online dari Tabel "Match Schedule" yang dikonfirmasi pihak AFF, Setelah partai Semifinal ini pemenang Semifinalis akan menjalani partai Final yang juga akan dilakukan dengan system Home and Away dan jika Indonesia mampu mengatasi Philipina di Semifinal nanti, Indonesia berpeluang menjalani laga Final Leg ke-2 di SUGBK Jakarta pada tanggal 29 Desember 2010 dimana Final Leg ke-1 akan diselenggarakan di negara Finalis pemenang antara Vietnam dan Malaysia

Indonesia vs Philipina Akan Digelar di GBK

Laga Semifinal AFF 2010 antara Indonesia vs Philipina rencananya akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan Jakarta baik Semifinal Leg 1 pada tanggal 16 Desember 2010 maupun Semifinal Leg 2 pada tanggal 19 Desember 2010, berdasarkan table “Press statement from AFF - Confirmed venues for knock-out stages” yang dirilis di situs resmi kejuaraan AFF 2010, Pihak AFF sudah mengkonfirmasi untuk match schedule partai Semifinal AFF 2010 termasuk partai semifinal antara Indonesia vs Philipina yang menunjuk SUGBK Jakarta, Indonesia sebagai venue laga Semifinal ini baik Leg 1 maupun Leg 2 yang akan digelar Pukul 19.00 WIB, sementara partai Semifinal lainnya antara Vietnam vs Malaysia akan dilangsungkan di kedua negara masing-masing, Leg 1 pada tanggal 15 Desember 2010 di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia dan Leg 2 pada tanggal 18 Desember 2010 di Stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam.

Berdasarkan Pengamatan Jak Online dari Tabel "Match Schedule" yang dikonfirmasi pihak AFF, Setelah partai Semifinal ini pemenang Semifinalis akan menjalani partai Final yang juga akan dilakukan dengan system Home and Away dan jika Indonesia mampu mengatasi Philipina di Semifinal nanti, Indonesia berpeluang menjalani laga Final Leg ke-2 di SUGBK Jakarta pada tanggal 29 Desember 2010 dimana Final Leg ke-1 akan diselenggarakan di negara Finalis pemenang antara Vietnam dan Malaysia

Rabu, 08 Desember 2010

BP Membuktikan Kematangannya.

JakOnline-Bambang Pamungkas (BP) membuktikan kapasitasnya sebagai striker yang matang di Tim Nasional Indonesia setelah sukses mengeksekusi 2 kesempatan tendangan penalty yang krusial dalam laga sarat gengsi di ajang Piala AFF 2010 antara Tim Nasional Indonesia melawan Tim Nasional Thailand di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan Jakarta pada Selasa, 7 Desember 2010 kemarin, 2 kesempatan penalty yang diambil oleh BP keduanya menghasilkan gol untuk Tim Nasional Indonesia yang sontak menggetarkan SUGBK dengan sorak-sorai sekitar 65,000 supporter Indonesia disertai dengan parade RedFlare di tribun selatan dan utara SUGBK sekaligus mengantarkan Tim Nasional Indonesia memenangkan partai sarat gengsi ini dengan skor 2-1 ke babak semifinal AFF 2010 dengan rekor tidak terkalahkan setelah sebelumnya menaklukan Tim Nasional Malaysia 5-1 dan Tim Nasional Laos 6-0 dan kokoh diposisi puncak dengan nilai 9 hasil dari 3 kali kemenangan di babak penyisihan group A Piala AFF 2010.

BP sendiri pada partai ini mendapatkan support luar biasa dari para pendukung Persija Jakarta dalam bentuk bentangan banner dan spanduk yang mengisi sisi Tribun utara yang dihiasi oleh banner besar dari Jak Online & Ultras JO dengan foto BP bertuliskan “NO DOUBT” serta JaKantor Community dengan bentangan spanduk bertuliskan BP “20” Still a Legend pada Tribun Selatan SUGBK yang bernada dukungan dan semangat untuk BP setelah di 2 partai sebelumnya seakan-akan namanya tenggelam oleh euphoria 2 striker naturalisasi Christian Gonzaes dan Irfan Bachdim walaupun baru beberapa kesempatan memperkuat Tim Nasional Indonesia. Dukungan itupun tidak sia-sia karena BP membayar lunas dukungan tersebut dengan kematangannya mengeksekusi 2 tendangan penalty untuk membawa Indonesia kokoh di posisi puncak klasemen group A dan mantab menatap laga semifinal yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 15 & 19 Desember 2010.(JO)

Senin, 06 Desember 2010

MEDIA GO TIDAK KREATIF

Ketika kita memilih suatu profesi yang akan kita tekuni tentunya salah satu hal yang utama adalah kita mencintai serta mengerti betul tentang profesi tersebut, sehingga dalam menjalankan tugas kita selalu berpegang dalam koridor-koridor yang berlaku. Dalam semua profesi tentu ada kode etik yang berlaku seperti dalam dunia yang saya geluti sebagai pesepakbola. Salah satu contohnya adalah ketika dalam pertandingan yang tengah berjalan, seorang pemain lawan tergeletak karena cedera, maka walaupun saya memegang bola dengan berbesar hati saya harus menendang bola keluar agar pemain tersebut segera mendapat perawatan dan ketika bola kembali masuk ke lapangan tim lawan pun akan mengembalikan bola tersebut kepada saya. Inilah Fair play atau juga boleh kita sebut kode etik dalam sepak bola yang saya rasa kami para pelaku sepak bola faham betul sehingga akan terjadi secara otomatis di dalam lapangan..

Begitu juga dalam Dunia jurnalisme walaupun saya tidak begitu mengerti tentang seluk beluk dunia pers tersebut, akan tetapi saya sangat yakin bahwa ada kode-kode etik yang harus dipatuhi dan dijunjung tinggi oleh para pelaku pers itu sendiri. Selama karir saya sebagai pesepakbola profesional selama 9 tahun, selama itu juga saya berinteraksi dengan rekan-rekan pers baik di dalam maupun di luar negeri sehingga sedikit banyak saya tahu tentang cara pandang serta berpikir para insan pers walaupun 4 tahun terakhir saya mengurangi memberikan komentar kepada pers, bukan antipati memang, tapi tentunya saya melakukan itu karena ada alasan-alasan yang menurut saya benar. Memang tindakan saya ini menimbulkan konsekuensi negatif dengan di-cap-nya saya sebagai pesepakbola yang sombong atau tidak tau diri dan sejujurnya saya tidak ambil pusing dengan itu semua, sejauh saya tidak mengganggu dan merugikan orang lain..

Saya tidak ingin mengomentari dunia pers secara global, tetapi dalam hal ini saya mengomentari insan pers yang meliput dunia olahraga khususnya dunia saya, sepakbola. Menurut saya para wartawan kita hanya mengedepankan kepentingan dan keuntungan mereka tanpa memikirkan apakah mereka menyampaikan berita yang benar atau tidak. Malah terkadang mereka menulis berita yang terkesan telah terjadi interview kepada nara sumber, padahal pada kenyataannya tidak pernah terjadi pembicaraan antara penulis dengan nara sumber, sehingga tentu karena tidak terjadi interview maka berita yang ditulis tidak sesuai dengan kenyataan. Yang ingin saya garis bawahi apakah mereka tidak sadar bahwa tulisan mereka itu akan mampu membuat opini publik yang kuat dan terkadang merugikan nara sumber karena apa yang ditulis tidak sesuai dengan pendapat dari nara sumber. Pernah pada suatu ketika seseorang yang saya anggap abang saya, Mas Tris Irawan, ketika menjadi staf management Persija di Gresik pernah bertanya kepada saya kenapa saya terkesan susah dimintai komentar dan terkesan eksklusif kepada media..? ketika itu saya menjawab “Biarin aja mas wong saya ngga komentar aja mereka bisa nulis komen saya kok apalagi kalau saya komentar tho” dan kamipun tertawa bersama..

Dalam Media GO edisi No. 1373 Selasa 15 Januari 2008 halaman 23 terdapat kolom yang bernama “Celoteh”, di situ tertulis komentar saya tentang hasil pertandingan semi final Copa Djie Sam Soe melawan Persipura yana berjudul “Bukan Akhir Dari Segalanya”. Saya tidak menyangkal itu memang tulisan saya yang saya buat untuk para penggemar saya melalui situs pribadi saya www.bambangpamungkas20.com. Yang saya sayangkan adalah mengapa penulis tidak mencantumkan tulisan jika berita ini dikutip atau diambil dari website saya, sehingga tekesan saya menjadi koresponden Media GO dan tentu itu melanggar kode etik. Mengapa mereka bisa menulis suatu berita tentang Didier Drogba misalnya dengan disertakan dikutip dari website resmi Chelsea sedangkan tentang komentar saya tidak. Dan satu hal yang sangat “MENYEDIHKAN” adalah untuk sekedar mengcopy berita saja penulis tidak mampu sehingga apa yang mereka tulis tidak sesuai dengan apa yang terdapat dalam website saya karena ada beberapa paragraf yang penulis sengaja tambahkan dalam artikel tersebut. Terlepas dari itu terdapat satu kecerdikan dari penulis dengan tidak mencantumkan inisial penulis dalam artikel tersebut sehingga tulisan tersebut terkesan benar-benar tulisan saya..

Bagi siapapun Anda yang menulis artikel tersebut, sebuah pertanyaan yang simpel dari saya : Dimanakah etika dan sportifitas Anda sebagai orang yang bekerja dan mencintai profesi Anda..? Seharusnya Anda mempunyai tanggung jawab secara moral kepada masyarakat untuk memberikan berita yang benar dan sesuai kenyataan. Apa yang Anda lakukan membuktikan bahwa sebagai jurnalis Anda tidak kreatif. Sekarang memang era reformasi dan semua orang berhak berkomentar, akan tetapi sudah sepatutnyalah kita tetap menjaga koridor-koridor yang berlaku, semoga ini menjadi pertimbangan agar kedepan kita mampu untuk lebih saling menghormati, sehingga akan terjalin kerja sama yang lebih baik. Terima Kasih..

Kami Tetap Bangga Padamu ( Bambang Pamungkas )

JakOnline-Di usianya yang menyentuh 30 tahun, Bambang Pamungkas atau yang biasa dikenal dengan sebutan BP menjadi perbincangan yang hangat dikalangan pecinta sepakbola Indonesia. Gelaran AFF 2010 menyita banyak perhatian masyarakat tentang “kapasitas” seorang Bambang Pamungkas yang mulai diragukan. Tidak bisa dipungkiri dalam 2 pertandingan Indonesia di ajang AFF 2010 yang hanya bermain sebagai pemain pengganti dimenit-menit akhir menjadi sorotan tersendiri tentang era “keemasan” seorang Bambang Pamungkas.

Kehadiran 2 muka baru di timnas Indonesia yang berasal dari proses naturalisasi dan keturunan, Christian Gonzales, dan Irfan Bachdim yang menyita perhatian publik dengan aksinya di 2 pertandingan terkesan “menenggelamkan” nama Bambang Pamungkas. Tidak jarang cemohaan, cacian, dan ketidaksukaan mengenai seorang Bambang Pamungkas terlontar dari masyarakat. Mereka semua seakan lupa akan sederet hal yang pernah dan masih dilakukan oleh Bambang Pamungkas untuk Merah Putih.

Top skor terbanyak untuk timnas Indonesia melewati rekor idolanya sendiri Kurniawan Dwi Julianto masih jadi catatan tersendiri yang membuat semua anggapan BP tidak produktif tidak terbukti. Dalam tulisan ini juga akan dipaparkan pendapat dan komentar dari beberapa orang tentang Bambang Pamungkas, Leonard Tupamahu ( eks pemain Persija ) di akun twitternya “ Shows some respect for man @bepe20 tweeps!he already win many title.don't compare him with people who just win 2 game”

Imran Nahumamury ( eks pemain Persija) dalam komennya di Facebook “ Bepe tuh 11 tahun berkiprah di sepakbola, sudah banyak hal yang dilakukan untuk Indonesia maupun Persija, dia ( Irfan Bachdim ) baru 2x game aja dipuji luar biasa, padahal menurut aku biasa aja”

Lain lagi pendapat yang dilontarkan Bung Ferry “Banyak orang yang mempertanyakan ke gw tentang Bepe. Bagi gw, Bepe tetep produk asli Indonesia yang terbaik. Langka sekali Indonesia bisa punya seorang striker yang konsisten bermain di Timnas dalam jangka waktu yang cukup lama. “Disiplin juga jadi hal yang melekat dalam diri Bepe. Mana pernah dia telat dateng kalo dipanggil Timnas?. Jumlah gol yang dicetak di musim kompetisi yang sedang berjalan juga bisa menjadi acuan. Bepe tetap produktif. Klo banyak yg mencemooh dia, itu membuktikan kalo masih banyak yg berharap tinggi pada seorang Bepe”seperti yang disadur dalam o2 news Bung Ferry.

Keberhasilan satu team bukan hanya factor 1 atau 2 pemain, tapi keberhasilan seluruh pemain yang berada dalam team. Tetap lanjutkan karier dan prestasimu Bambang Pamungkas. Biarkan regenerasi datang dengan sendirinya, karena ituproses dalam sepakbola. Tulisan ini ada bukan karena pembelaan kami terhadap seorang Bambang Pamungkas karena dia pemain Persija dan kami suporternya, tapi ini dilihat dari apa saja yang selama ini di raihnya baik untuk timnas Indonesia maupun Persija.

Cerita Bambang Pamungkas

Saya yakin sebagian besar dari kita, pasti pernah menikmati hangatnya bangku sekolah. Tempat di mana kita menuntut ilmu, bersosialisi, dan belajar mandiri sebagai sebuah pribadi. Banyak sekali kejadian-kejadian yang tak terlupakan di tempat ini, saat-saat di mana kita sedang tumbuh dan berkembang, serta mulai mengenal hal-hal yang baru..

Dan hampir setiap murid mempunyai guru favorit, beragam faktor yang membuat seorang guru menjadi favorit dari murid-murid. Ada yang berdasarkan wibawa, kecantikan, ketampanan, karena mengajar mata pelajaran kegemaran, atau mungkin cara guru mengajar, yang mungkin tergolong unik atau menyenangkan, sehingga membuat kita merasa dapat menikmatinya…

Begitu juga dengan diri saya, saya mempunyai seorang guru favorit saat duduk di bangku sekolah menengah pertama. Saya menyukai guru tersebut, karena pada suatu ketika, beliau telah memberi sebuah kesempatan dan kepercayaan kepada saya, di saat orang lain meragukan diri saya. Dan hal tersebut membekas hingga saat ini…

Suatu ketika di twitter, ada salah satu follower saya yang sempat menyebutkan nama guru tersebut, seketika sayapun teringat kembali dengan beliau dan nostalgia masa lalu, hal tersebut yang membuat saya berinisiatif untuk membuat tulisan ini.

Nama guru tersebut adalah Pak Choliq dan inilah ceritanya…

Saya bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Salatiga, tidak mudah untuk dapat masuk ke sekolah ini, karena sekolahan tersebut adalah SMP terbaik di kota saya Salatiga. Apalagi dengan status saya sebagai siswa dari luar kota (Getas, Kab. Semarang), karena sekolah ini memberi prioritas bagi siswa-siswa yang berasal dari dalam kota Salatiga. Akan tetapi berbekal Nilai Ebtanas Murni 44,98 atau rata-rata 8,996 maka sayapun berhasil menembus sekolah ini…

Pak Choliq sendiri adalah seorang guru Agama, akan tetapi beliau sangat menyukai bidang olahraga, khususnya sepakbola. Dan kebetulan beliau juga merupakan guru pembimbing extra kulikuler sepakbola di sekolah kami…

Saat awal masa sekolah saya di SMP ini, teman-teman saya mengenal saya karena keunikan dalam penampilan saya. Saat itu tangan kiri saya di balut gips selama sebulan awal sekolah, karena saat liburan kenaikan kelas, tangan kiri saya mengalami patah tulang (Baca artikel : Pendekar Gelang Sakti). Hal tersebut yang membuat teman-teman sekolah saya dengan mudah mengenali saya…

Sejak kecil saya memang mempunyai jiwa olahraga yang sangat kuat, sehinggga dengan keadaan satu tangan di balut gips pun, saya masih tetap bermain basket atau sepakbola dengan rekan-rekan saat istirahat sekolah, di lapangan basket sekolah kami. Banyak teman-teman yang melarang saya untuk bergabung, akan tetapi saya selalu berhasil meyakinkan (memaksa lebih tepatnya) mereka untuk ikut bertanding…

Seperti sekolah-sekolah yang lain, sekolah kami juga mempunyai pelajaran extra kulikuler. Setiap siswa di wajibkan mengikuti 2 extra kulikuler selain yang wajib yaitu Pramuka. Saat itu saya memilih komputer dan olahraga yaitu sepakbola. Akan tetapi sejujurnya, saya memilih komputer hanya untuk melengkapi kewajiban saja…

Saya lebih sering membolos saat extra kulikuler komputer dimulai, hanya demi bermain sepakbola, basket atau volley dengan siswa yang lain, yang kebetulan berada di sekolah saat sore hari . Maka seingat saya, saat penerimaan piagam komputer, nilai saya adalah Teramat Sangat Kurang Sekali hehehe.. Dan itu membuat ibu saya marah sekali…

Untuk extra kulikuler sepakbola, jangankan bolos terlambat pun saya tidak pernah. Akan tetapi terdapat sedikit kendala di sini, mengingat saya adalah siswa kelas 1 dan badan saya tergolong kecil, saya sering disepelekan oleh kakak-kakak kelas saya. Jangankan untuk ikut bertanding, waktu latihan pun banyak saya habiskan untuk bermain kucing-kucingan di pinggir lapangan…

Saya akan diajak bertanding jika ada kakak kelas kami yang berhalangan hadir, akan tetapi saya tidak pernah risau dengan keadaan tersebut. Disamping karena extra kulikuler ini wajib untuk menunjang nilai saya, disisi lain saya juga sangat gemar bermain bola, jadi saya selalu menikmati kegiatan sore saya…

Sampailah pada suatu ketika, tim sekolah kami akan melakukan pertandingan persahabatan dengan sebuah desa, bernama Suruh. Kebetulan pembina kami Bpk. Cholik juga berasal dari desa tersebut. Saat itu stok pemain kami kurang, banyak pemain yang berhalangan hadir, hanya ada 15 pemain pemain plus 1 pembina kami yaitu Pak Choliq sendiri…

Seperti biasa, saya hanya duduk di tepi lapangan ketika pertandingan dimulai, saya memperhatikan pertandingan dengan sangat seksama. Saat babak pertama usai, tim kami sudah kalah 2-0, para pemain inti kami pun nampak sudah mulai kelelahan. Saat itu Pak Cholik juga turut bermain, walaupun diusia yang kira-kira 45 tahun (saat itu) tetapi sejujurnya kemampuan orang tua ini boleh juga, beliau adalah seorang gelandang bertahan…

Saat stok pemain sudah habis, Pak Cholik melirik saya, dan diapun bertanya. “Eh, kamu, siapa nama kamu..??” “Saya Bambang pak..” jawab saya, “Kamu biasa main dimana..??” tanyanya kembali, dengan yakin saya jawab “Di mana saja saya bisa pak..”, “Gayamu tho le,, le,, (Gaya sekali kamu) , “Yasudah main di pasar saja sana” sahut pak Cholik yang seketika di sambut dengan tawa seluruh pemain (beliau memang terkenal suka bercanda), saat itu seketika muka saya merah padam…

Kemudian, “Yasudah coba kamu ganti saya, main yang bener ya, jangan menang gaya saja, tapi mainnya *mak plekethus* (Omong kosong)”, “Siap pak..!!!” Jawab saya bersemangat. Saat itu kakak-kakak kelas saya sempat mempertanyakan keputusan Pak Cholik untuk memasang saya, mengingat saat itu kami sudah kalah 2-0. Dengan tenang beliau menjelaskan kepada pemain yang lain demikian “Biarkan saja dia main, kalo kita ngga pernah mencoba, kapan kita tau kemampuan dia, tugas kalian yang lebih senior adalah membimbingnya, lagipula dari gayanya sih keliatannya lumayan”

Maka sayapun bermain di sepanjang babak kedua, saat itu saya bermain sebagai gelandang bertahan dengan No punggung 16. Saya bermain layaknya Lothar “Herbert” Matthaus saat itu, maju menyerang dan kembali bertahan saat diserang. Saya juga berhasil mengatur irama tim dengan baik, dan yang paling membanggakan adalah, saya berhasil mencetak 1 gol dan memberi 1 umpan kepada striker kami untuk mencetak gol…

Saat itu hasil akhirnya kami memang kalah 3-2, akan tetapi penampilan saya membuat mata pembina kami dan para kakak kelas saya kaget. Mereka tidak mengira jika saya dapat bermain bola dengan baik, yang mereka tau adalah 3 bulan yang lalu saya masih menggunakan gips di tangan kiri saya. Mereka tidak tahu jika saat itu saya adalah siswa Sekolah Sepakbola Ungaran Serasi sejak usia 8 tahun, mereka juga tidak mengetahui jika tahun kemarin (Kelas 6 SD, Usia 12 tahun), saya sudah mewakili Jawa tengah dalam Turnamen PSSI Piala Djamiat Dalhar di Jogjakarta, yang saat itu juga terdapat M. Ridwan (Sriwijaya FC) dan Nova Arianto (Persib Bandung) dalam tim …

Sejak kejadian itu, status sayapun berubah dalam tim sekolah kami. Dari pemain yang hanya menjadi pelengkap di tepi lapangan, menjadi pemain inti di posisi gelandang bertahan. Dalam setiap pertandingan sekolah, saya selalu bermain dari awal pertandingan sampai peluit akhir tanda pertandingan usai. Para kakak kelas sayapun tidak lagi memandang saya dengan sebelah mata. Serta sedikit keuntungan tambahannya adalah, sebagai wakil sekolah di bidang olahraga, maka dengan sendirinya akan mendapat sedikit perhatian dari para siswa cewek ahahaha..

Hal tersebut tidak akan terjadi, tanpa keberanian Pak Cholik mencoba untuk memasang saya, dalam pertandingan melawan desa Suruh tersebut. Beliau berani memberi kesempatan seorang siswa ingusan, yang belum diketahui kemampuannya dan sejujurnya juga ditentang oleh 10 pemain yang lain yang berada di lapangan saat itu…

Satu pelajaran berharga dapat saya petik dari peristiwa tersebut. Yaitu, jangan pernah meremehkan siapapun serta berilah kesempatan kepada setiap orang dengan sama besarnya. Bakat muda akan terasah jika terus menerus diberikan kesempatan dan bimbingan, jam terbang lambat tapi pasti akan membentuk karakter serta mengasah kemampuan mereka…

“Karena memberi kepercayaan kepada pemain muda itu, bagaikan menyiramkan air pada bibit tanaman yang baru mulai tumbuh”

Hal tersebut yang saya rasakan kurang di dalam persepakbolaan Indonesia saat ini, pemain-pemain muda kita sangat kurang mendapat kesempatan untuk unjuk kebolehan. Peraturan lima pemain asing dalam sebuah tim akan menghambat perkembangan para talenta muda negeri ini. Hal tersebut yang tanpa kita sadari, mengakibatkan mandeknya regenerasi di dalam Tim Nasional Indonesia (ini yang luput dari radar bapak-bapak yang duduk diatas sana *PSSI*). Disaat timnas negara lain sudah menggunakan tenaga para pemain muda mereka, kita masih mengandalkan tentara-tentara lama yang sudah hampir usang…

Nama Pak Cholik akan selalu saya kenang sampai kapanpun, seorang guru yang tidak hanya memberi kesempatan dan peluang, akan tetapi juga sebuah kepercayaan kepada saya untuk menunjukkan kemampuan saya. Atas dasar rasa hormat saya kepada beliau, saya persembahkan Jersey Tim Nasional Indonesia, yang saya pakai saat Final Piala Tiger 2002 di Jakarta (saat itu saya berhasil menjadi pencetak gol terbanyak). seminggu setelah partai final tersebut, saya sempat sowan/berkunjung ke SMP Negeri 1 Salatiga dan memberikan baju tim nasional tersebut langsung kepada beliau…

Untuk pak Cholik, semoga selalu sehat wal afiat dan dalam lindungan Allah SWT. Terima kasih atas sebuah cerita yang mungkin ringan, akan tetapi tetapi bermakna besar bagi saya. Sebuah kisah yang akan selalu melekat dalam benak saya, sampai kapanpun…

Selesai….

free counters