Jumat, 25 November 2011

Persija.. Aku Rindu

Kasus dualisme yang menimpa Persija Jakarta tak kunjung usai.. Jadwal Liga pun tak jua menemukan kata sepakat antara Klub dan PSSI , tak jelasnya kompetisi sepakbola kasta tertinggi yang akan bergulir di negeri ini semakin menambah carut marut sepakbola yang kucinta. Hasilnya.. aku tak tau kapan aku bisa kembali menyaksikan sang macan kemayoran berlaga..

Siang itu aku melangkahkan kaki di area SUGBK Senayan Jakarta. Semilir angin menemani tiap alunan langkahku.. Entah mengapa aku berjalan ke area stadion padahal tak ada apa-apa disana.. Sepi.. hanya ada satu dua orang yang lalu lalang. Aku pun duduk di trotoar tepat di depan pintu merah. aku meluruskan kaki dan aku tergoda untuk memejamkan mata.



Entah mengapa dan itu akhirnya ku lakukan. Mungkin ini yang dinamakan fatamorgana. Dalam bayanganku stadion yang sepi itu mendadak jadi gegap gempita. tabuhan drum dan sorakan ala Jakmania memenuhi kepalaku. Massa berbaju oren pun ikut hadir disana lengkap dengan atribut serta canda tawa bahagia. Aku berusaha untuk menyadarkan diriku tapi aku justru semakin terseret kedalamnya.. Pertandingan itu terasa sebagai suatu hal yang nyata..


Aku benar-benar seperti merasakan ada sebuah pertandingan Persija disana. Warna oren terlihat dimana-mana, kibaran syal di setiap bahu seperti panggilan untuk ikut bergabung bersama mereka. Dalam benakku aku pun tergoda untuk masuk kedalam "fatamorgana" itu. Aku pun melangkah jauh memasuki stadion.. Ahh.. aku menemukan euforia itu disana.. teriakan para suporter membahana.. PER.. SI.. JA.. .Lengkingan terompet memenuhi udara... Sungguh aku seperti menemukan permata yang kupikir akan hilang selamanya..


Dan aku pun meneteskan airmata.. "Gila!!! ini Gila!!!" makiku dalam hati. Aku pun segera membuka mata dan tersadar. "Apa-apaan ini.. khayalan gila yang membuatku meneteskan air mata!! Cengeng!!!" Sontak aku marah pada diriku sendiri. Apa sih yang sebenarnya ku lakukan disini??!!! Aku mengedarkan pandang ke sekelilingku. SEPI!!! tak ada suporter Persija berbaju oren disana.. tak ada gemuruh dan teriakan PER..SI.. JA.. seperti yang tadi kubayangkan.. tak ada tabuhan drum.. tak ada lengkingan terompet,, TAK ADA sekali lagi TAK ADA.

Aku bergegas bangkit dan berjalan menjauhi stadion.. Sayup-sayup dari kejauhan aku kembali mendengar tabuhan Drum dan sebuah nyanyian.. Aku menghentikan langkahku dan menajamkan telingaku.. Ya.. aku mendengarnya.. Sontak aku mengedarkan pandanganku.. tak ada siapa-siapa kawan..


Tiba-tiba aku merasakan ketakutan .. Aku pun mempercepat langkahku.. Nyanyian dan tabuhan Drum itu masih terdengar di telingaku..

Hari ini ku tinggal pekerjaan... Siap-siap tuk' nonton Pertandingan..

Orang bilang aku ini kesurupan.. Demi Persija Apapun kulakukan..

Persija Jakarta o..o..o.. Persija Jakarta o..o..o..

Aku berjalan semakin jauh meninggalkan area stadion.. perlahan-lahan suara nyanyian itu pun menjauh.. menjauh.. dan semakin menjauh.. lalu menghilang... dan aku kembali meneteskan air mata..

Sungguh aku rindu.. aku rindu euforia itu.. aku rindu sorak kemenangan itu.. aku rindu teriakan dan tatapan penuh kekecewaan itu.. aku rindu saling berangkulan bahu dan berlompat-lompatan bersama... aku rindu menyanyi dan berteriak dengan iringan tabuhan drum.. aku rindu dengan nyala RF dan asap smoke bomb.. aku rindu melihat lautan oranye di GBK.. Aku rindu... Dan dalam benakku nyanyian itu pun kembali mengalun....

Persija Jakarta o..o..o.. Persija Jakarta o..o..o.. ( JO- Viskana Ratputri Iskandar )

Persija.. Aku Rindu... #SavePersija

Tunjukkan yang benar itu Benar !

Cerita ini bermula ketika kejujuran dikalahkan kekuasaan. Ketika kebenaran tertimbun materi. Dan ketika sepakbola dijadikan bisnis oleh para petingginya. Persija Jakarta. Siapa yang tak kenal tim kebanggan Ibukota yang satu ini. Tim yang telah memiliki sejarah sejak tahun 1928. Tim berjuluk Macan Kemayoran, kebanggaan sekelompok manusia yang menamakan diri mereka The Jakmania. Saat ini, tim itu sedang tertimpa masalah. Masalah yang entah kapan terungkap kebenarannya. Hadi Basalamah. Seorang yang telah mengusik Macan kami. Yang telah mengganggu, dan kini ia merebut paksa Macan itu dari kami. Dualisme Persija. Masalah yang datang seiring dengan pergantian kepengurusan PSSI yang baru, musim kompetisi 2012 ini.
Ya, musim ini ada 2 PT yang mendaftar sebagai administrator Persija. PT. Persija Jaya Jakarta yang dipimpin Ferry Paulus dan PT. Persija Jaya yang di akui oleh Hadi Basalamah.

Kita semua tentu tahu, mana pihak yang benar. Pihak yang professional dan tentunya pihak yang resmi. Seperti yang kita ketahui bersama, Ferry Paulus adalah Ketua Umum Persija periode 2011-2015.

Dan itu berarti, Ferry Paulus lah yang berhak mengelola Persija musim ini. Tetapi, apa nyatanya? PSSI yang menentukan hasil verifikasi Persija seakan dibutakan oleh hal-hal yang berbau kekuasaan, materi, dan tak jauh dari bisnis. Seperti yang sudah saya katakan di awal paragraph tadi.

PSSI telah mengeluarkan keputusan ‘sepihak’ yang menentukan bahwa PT. Persija Jaya pimpinan Hadi Basalamah lah yang memenangkan verikasi. Merekalah yang akan memimpin Persija musim ini. Keputusan ini bagai petir di siang bolong. Berbagai pertanyaan pun timbul. Amarah dan emosi mulai tersimpan dalam dada. Dari segi manakah PSSI menilai? Dari segi manakah ‘kemenangan’ mereka? Sesungguhnya, hanya mereka yang tahu jawabannya.

Saya masih tak habis pikir, PT. Persija Jaya yang sampai detik saat saya menulis artikel ini, belum jelas siapa pemain-pemainnya, belum jelas siapa pelatih dan pengurusnya. Belum dan tidak dikenal masyarakat Jakarta. Tetapi, mengapa mereka yang lolos? (maksud saya, diloloskan).

Padahal Persija yang selama ini kita kenal adalah Persija yang telah memiliki sejarah dari dulu. Persija yang pernah menjadi juara Liga tahun 2001. Persija yang didukung oleh supporter militannya, The Jakmania. Persija yang didalamnya ada Bambang Pamungkas sebagai kapten kesebelasan. Persija yang sah, tanpa ada kebohongan dan rekayasa. Bukan Persija yang pemain-pemainnya diambil dari Liga 1 musim yang lalu. Liga baru, yang tak memiliki sejarah.

Yang ingin saya ungkap disini adalah, dimanakah hati nurani para petinggi-petinggi itu? Apakah sebenarnya mereka sadar yang mereka lakukan telah merugikan banyak pihak? Membuat gundah, marah, dan gelisah. Kami, disini, tak akan pernah tinggal diam. Tak akan pernah membiarkan Macan kami direbut begitu saja oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Pihak yang hanya mementingkan diri sendiri. Pihak, yang kami tau, tak sama sekali mencintai Persija kami. Hanya berkelakuan seolah-olah ia begitu mencintai kesebelasan ini, padahal tersimpan maksud dibalik semua itu. Suatu kebohongan belaka.

Jika PSSI tak bisa lagi merubah keputusan itu, jangan salahkan kami yang akan mulai bertindak sedikit keras. Dan jangan juga salahkan kami, jika kami akan mendukung Persija dengan cara kami sendiri. Mungkin musim ini, tak ada lagi nyanyian-nyanyian The Jakmania, tak ada lagi keceriaan di sudut-sudut Gelora Bung Karno, tak ada lagi semangat-semangat yang membara mendukung Tim kebanggaan kami berlaga, tak ada lagi canda tawa yang tercipta.
Karena sesungguhnya, penunggu-penunggu tribun yang begitu mencintai Persija itu sedang dilanda kegundahan. Kami, tak akan mungkin mendukung Persija yang lain. Yang tak ada Ismed Sofyan dan Bambang Pamungkas. Jadi, biarkan kami mendukung Persija dengan cara kami sendiri, jika kalian para petinggi yang terhormat, masih tetap yakin dengan keputusan yang menurut kalian benar, entah dinilai dari segi mananya.

Bukankah kalian yang akan merugi? Jika pertandingan yang akan Persija lewati di Gelora Bung Karno nanti, tak akan ditonton warga Jakarta yang katanya memiliki Persija. Bukankah kalian yang akan malu? Jika tim kalian terseok-seok mengarungi Liga musim ini, dengan pemain-pemain dadakan, yang diambil dari kompetisi seumur jagung, yang hanya berjalan setengah musim, dan bahkan tak ada pemenangnya.

Sudah seburuk inikah sepak bola yang ada di Indonesia? Sudah separah inikah para pengurus-pengurus sepak bola negeri ini? Tidak kah lagi mereka memiliki perasaan? Sampai kebenaran pun rasanya susah sekali terungkap. Hanya karena materi. Hanya karena kekuasaan yang lebih tinggi. Apakah tak ada lagi yang bisa menjunjung tinggi kejujuran dan professionalisme? Sungguh, miris sekali bangsa ini, memiliki para pemimpin seperti mereka.

Jika ini yang mereka mau, mari kawan, kita rapatkan barisan. Untuk membantu temukan kebenaran. Dan jangan biarkan kebohongan ini terus berjalan. Sesungguhnya, Persija butuh kepastian. Dan tak akan kami biarkan Macan kami terlantar. Tak akan kami tinggal diam dan pasrah menunggu keputusan. Semua tahu, keadilan harus ditegakkan. Dan kami yakin, cepat atau lambat, kebenaran akan terungkap. Yang benar akan keluar sebagai pemenang.

Saya, hanya seorang siswi dari salah satu SMP Negeri di Jakarta, yang ingin menyampaikan segalanya yang ada dalam benak saya melalui artikel ini. Maaf, jika mungkin ada kata-kata saya ada yang salah dan kurang berkenan. Tetapi semua yang saya tulis ini dari hati terdalam, demi kemajuan sepak bola Indonesia dan demi menyelamatkan Sang Macan dari mereka yang telah kehilangan hati nuraninya.

Keep the spirit up! And you never walk alone, Persija Jakarta.
Rapatkan barisan dan teriakkan dengan lantang,
#SavePersija!

SINETRON VERSI PSSI !!!

Mungkin judul artikel ini sangat pas untuk organisasi sepakbola kita saat ini. Organisasi sepakbola negeri ini sangat merindukan pemimipin yang mengerti akan bagaimana kepentingan sepakbola dan para pecinta sepakbola di Negeri ini untuk mendapatkan prestasi yang bagus dan dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, bukan memikirkan kepentingan pribadi. Begitu banyak kongres luar biasa yang telah dilakukan PSSI namun hasilnya tidak seperti namanya yang luar biasa, tetapi yang dihasilkan orang-orang yang memimpin PSSI adalah pemimpin yang berpendidikan di sekolah luar biasa, begitulah organisasi yang katanya mempunyai aturan-aturan dan pasal-pasal yang mereka sering sebut dengan statuta PSSI, namun aturan yang mereka buat tidak sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, bahkan lebih gilanya lagi statuta FIFA yang merupakan induk persatuan sepakbola dunia pun mereka bantai habis dengan melanggarnya, masih menjadi pengurus organisasi kecil saja sudah bikin ulah, apalagi mereka menjabat menjadi pengurus FIFA, habislah sepakbola dunia ini dan yang ada hanya tinggal kenangan saja. Namun, apapun yang terjadi kami tetap janji dan selalu membuktikan mendukung bola Negeri ini, politik berkelahi saling caci maki, bagi kami FOOTBALL FOR UNITY!.

Berbicara tentang PSSI mungkin tidak ada habisnya, bahkan bila menjadi film atau sinetron, film ini akan mengalahkan sinetron-sinetron yang sudah ada di stasiun televesi. Hampir setiap hari, tidak megenal waktu, mau siang ataupun malam, media massa selalu memberitakan yang bertema dengan masalah PSSI. Masih ingat dalam ingatan kita, kekisruhan dan ketidakadilan terjadi dalam PSSI di bawah pimpinan Nurdin Halid, para pengurus PSSI langsung menjadi selebritis dadakan yang dimuat di koran sobek dan televesi rusak, dan yang menjadi aktor dan aktris utamanya adalah Nurdin Halid dan Nugraha Besoes. Sebenarnya apa yang mereka cari di PSSI? Apakah mencari uang demi sesuap nasi? Apakah ingin menjadi orang terkenal? Atau bahkan mereka hanya mencari ribut dengan orang-orang militan (SUPPORTER) di Negeri ini? Bukan begitu caranya bapak-bapak yang berintelektual dari Somalia.

Seketika itu juga para Supporter sepakbola seluruh Indonesia bersatu untuk menghentikan perbuatan yang dapat merugikan sepakbola. Semua supporter dari Sabang sampai Merauke, dari orang yang tidak tahu apa-apa tentang sepakbola dan yang tahu sepakbola meneriakkan hal yang sama, berbaur menjadi satu hati satu jiwa dan satu suara yaitu REVOLUSI PSSI!

Dengan mengeluarkan waktu dan tenaga yang melebihi maksimal, para supporter pun tidak henti-hentinya menyerbu kantor PSSI di Senayan untuk menegakkan kebenaran. Akhirnya keinginan seluruh pecinta sepakbola di Negeri ini dapat terwujud dengan rasa tidak terhormat NH pun turun setelah semua elemen pecinta sepakbola di Negeri ini susah payah untuk menurunkan NH yang keras kepala ini, dan ketika itu pula secercah harapan dan mimpi kita akan prestasi sepakbola Negeri ini sudah di depan mata. PSSI langsung mengadakan kongres luar biasa, walaupun jalannya kongres ini juga penuh kekisruhan, aneh memang jika kita lihat PSSI ini, kinerja mereka selalu ribut terus makanya pantas saja jika para pemain sepakbola di Negeri ini selalu berkelahi di lapangan, mereka semua mengikuti kebiasaan PSSI, yah maklumlah namanya juga orang-orang tak bermoral masuk dalam kepengurusan, ah lupakan sajalah dan kubur dalam-dalam kebiasaan buruk mereka itu.

Djohar Arifin pun terpilih menggantikan NH melalui kongres luar biasa PSSI di Solo, dan kita semua pun berharap pada pemimpin baru ini akan membawa prestasi yang cukup bagus dan baik untuk sepakbola Negeri ini, semua harapan dan mimpi kita berada di pundak Djohar. Semua struktur kepengurusan pun dirombak total dengan muka baru, berakhirlah penderitaan sepakbola Negeri ini dari kedzaliman NH dan kawan-kawan.

Namun, semua mimpi kita sepertinya tidak bakal terwujud, malah kalau boleh jujur, SEPAKBOLA NEGERI INI AKAN HANCUR DIBAWAH PIMPINAN DJOHAR ARIFIN. Kita lihat saja bagaimana kinerja beliau, mulai dari mengganti coach Alfred Riedl, padahal seperti kita tahu selama ini, coach Riedl ini sangat bagus kerjanya, dia dapat memberikan warna dalam permainan timnas kita, tegas, dan selalu disiplin, namun tidak tahu kenapa orang dzalim baru ini dengan semena-mena memecat secara tidak hormat coach Riedl dengan alasan kontrak. Secara akal sehat kan bisa kita pikirkan, kalau memang Coach AR bagus kenapa tidak dilanjutkan saja kalau memecat karena hanya masalah kontrak, buktinya ketika Piala AFF kemarin, warga Indonesia sangat terhibur dengan permainan para pemain Timnas kita. Terbukti, kesalahan fatal yang dilakukan DA, Timnas Garuda saat ini terseok-seok dan rasa kekeluargaan diantara para pemain agak sedikit terganggu. Kalau seperti ini, mau siapa yang disalahkan?? Masa penonton yang menyalakan kembang api mau disalahin, itu kan semua dilakukan akibat kekecewaan kami atas kinerja PSS.

Selanjutnya, yang paling fatal dan benar-benar dzalim yang dilakukan PSSI jilid Djohar adalah secara tidak masuk akal sehat kita dalam memutuskan dan menyelesaikan masalah dualisme dalam Persija Jakarta, dengan bangganya PSSI menunjuk kubu HB (PT.Persija Jaya) sebagai administrator dan pengelola tim Persija Jakarta musim ini.

Padahal yang seperti kita tahu dan merupakan fakta adalah Bapak Ferri Paulus adalah Ketua Umum Persija yang terpilih dalam Rapat Umum Anggota Persija 30 Juli lalu sebagai pengelola Tim Persija Jakarta musim ini yang sah dan tidak bisa diganggu gugat dibawah naungan PT. Persija Jaya Jakarta. Coba kita bayangkan, suara 90 poin yang dimiliki FP bisa dikalahkan oleh HB yang hanya mendapatkan 11 poin suara dalam Rapat Umum Anggota Persija, jelas sudah diluar akal sehat manusia, PSSI bisa memutuskan hal seperti ini. Apa yang mereka pertimbangkan dalam memutuskan hal ini! Layaknya seperti sinetron saja, semua pemain bisa diatur sesuai keinginan mereka. Ya seperti inilah jika sepakbola sudah dicampur aduk dengan politik dan kepentigan pribadi, apapun bisa terjadi walaupun sangat tidak masuk akal.

Masalah peserta tim yang berlaga di ISL juga menjadi sorotan publik, masa tim yang sudah degradasi dan sudah berselingkuh dengan ISL bisa masuk secara cuma-Cuma seperti sedang buang air kecil di bawah pohon. Percuma saja selama ini semua tim ISL bersaing untuk bertahan di kompetisi tertinggi di Negeri ini, kalau pada akhirnya seperti ini, seperti anak kecil yang sedang bermain sepakbola di Playstation, dengan mudahnya memasukkan tim dengan 10 jari tangan tanpa ada yang didegradasi dan lebih lebih fatalnya lagi bila terjadi dan pasti peserta ISL ada 24 tim! Wow dahsyat dan terdengar agak banyak gila pengurus saat ini.

Bisa dibayangkan, ada berapa pertandingan yang akan dijalankan, ada berapa pertandingan dalam seminggu, berapa hari masa istirahat pemain kita untuk dapat bertahan di liga ini yang akan bertanding dengan waktu singkat dengan tujuan dari ujung barat hingga timur Negeri ini, akankah sanggup tim-tim membiayai semua ini, bagaimana jika ada salah satu tim yang bangkrut ditengah jalan akibat kompetisi panjang ini, dan yang paling penting adalah berapa tahun kompetisi ini akan berjalan, yang 18 tim musim lalu saja hampir setahun untuk bisa mendapat juara, dan masih banyak lagi sisi negatifnya kalau kita pikir panjang kedepan. Kita tunggu saja tanggal mainnya dari sinetron versi PSSI ini. Kami sebagai supporter sangat berharap kalau kedepannya PSSI bisa memutuskan suaatu permasalahan secara akal sehat dan kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadi dan kepentingan politik.

KAMI AKAN SELALU MENERIAKKAN BAHWA “REVOLUSI BELUM BERHENTI” HINGGA TEGAKNYA KEBENARAN DALAM SEPAKBOLA NEGERI INI. JANGAN HANCURKAN PERSIJA KAMI, PERSIJA ADALAH KAMI !!! .

Diam lalu tertindas dan terus ditindas atau berpikir lalu bergerak dan beraksi untuk bangkit melawan ketidakadilan ini ???

REVOLUSI BELUM BERHENTI!!!
( OREN DEPSOS )

Ulat Bulu Serit Dari Senayan

“Gue Cuma takut aje Bang, kalo nantinye pemain yang sekarang pade mencar gara – gara urusan dualisme. Ini udah sebagian mimpi gue dari kecil. Masa harus pupus gara – gara beginian” tutur seorang kawan selesai ia berlatih tepat dihari ulang tahunnya.

Ok, selamat pagi kawan. Masih semangat hari ini? Sepertinya kita memang sudah menikah siri dengan tekhnologi pengumbar aib serta komunikasi nyinyir. Dan jujur saja, itu tidak baik. Tapi memang tidak dapat dipungkuri, mereka (tekhnologi tersebut) memberikan kenikmatan tersendiri.

Siap dah..yuk mulai yuk!

Sore kemarin di paru-paru Jakarta banyak gerombolan “Robot” berkumpul untuk meneriakkan suaranya. Ya..Kami memang robot. Robot dengan nurani. Karena robot tak pernah merasa lapar. Robot dengan chip hati ternyata masih lebih baik kan?

Sebenarnya mungkin hanya sebagian dari kami yang mengerti arti kata “Kekisruhan”. Selebihnya, mohon maaf… mungkin hanya mengkhawatirkan kebanggaannya tidak bisa bertanding dengan pasukan terbaik dalam menjelajah liga rimba sepakbola negeri ini. Bisa dibilang hanya takut Tim nya bertempur dengan squad level terendah. Ini saya bicara atas survey sms yang masuk loh.. 

Secara pribadi saya hanya memimpikan “Persija dapat berjalan selayaknya berjalan”. Tidak perlu lari, karena tidak ada yang mampu mengejar. Biarlah darah – darah semangat Muhammad Husni Thamrin terus menyusup tiap pori–pori generasi muda. Bukan dengan kultur “soft drink beku 24 jam”. Buka lagi kenapa ada Persija? Ya, ini bentuk perlawanan terhadap dominasi penjajah pada waktu itu. Nah, jika ditarik garis lurusnya.. sepertinya belum akan basi niat tersebut. Tidak bisa dipungkiri Budaya Instan sangat melekat dalam identitas generasi sekarang. Apa mau dibiarkan budaya ini akan otomatis menjadi kultur? Instan karena punya uang. Instan karena punya kuasa. Ya memang ada pribahasa ”Sejarah Ditulis Oleh Pemenang”.

Tidak etis mengurutkan satu demi satu kusyuuuutnya Tim Ibukota ini. Toh, dengan mudah dan gratis kita bisa mendapatkan informasinya. Asal, Jangan Manja! Jika saya pernah berkicau Tim Ibukota ibarat Generator. Maka mari sama–sama menjadi turbinnya. Yang kita bela toh bukan personal. Yang kita tolak juga bukan personal. Jalan saja selayaknya berjalan. Toh kita juga liat roda ini berputar. Tak perlu memperhitungkan dosa orang lain. Karena aib kita pun sesungguhnya banyak.

Saya tidak akan menyerang siapapun. Karena kutu kupret, ga akan pernah sebanding dengan “orang besar”. Tapi jika saya hanya diam dan menunggu tirai bioskop ini tertutup. Mungkin ini lelucon yang garing saat saya menceritakannya kepada generasi mendatang.

Draft tentang era runtuhnya Persija. Sanggupkan membayangkan jika Jakarta tak mempunyai tim sepakbola? Apa yang akan kita bicarakan di warung kopi? Siapa yang akan menyewa angkutan – angkutan secara besar? Mungkin cat–cat sablon akan mengering dan mengeras di meja produksi. Ahhhh…minim banget otak saya?! Tapi, ya memang begitulah adanya. Kami hanya mengerti uang kecil untuk para pejuang pejuang rejeki kecil. Bukan dengan untung besar, dalam megahnya dinamika perbankan. Uang kecil, krincingan di kantong. Masih lebih terasa dari print out dalam buku deposito. Yup, itu semua kan baru draft. Baru rancangan. Semoga Persija tidak akan runtuh ya..

Bicara soal supporter, mungkin saya bukan lah supporter militan yang selalu siaga mendampingi Tim kemanapun bermain. Bukan supporter yang spektakuler; karena jangankan membeli, memengang “merecon” saja saya tidak bernafsu. Yup, siapa si saya?? Hanya orang bodoh yang berbagi lewat tulisannya.

Sambil menyisakan snack kacang khas negeri ini, kami sepakat untuk mengakhiri senin sore kemarin dengan bubar jalan. Tapi esok, kita kembali menjadi Generator. Mesin penggerak mimpi awal Suratin. Dan sumpah, Ulat Bulu Serit dari Senayan ini Gatel bangettt..

Biarlah semangat M.H. Thamrin selalu ada dalam dekapan lembut ide – ide cerdas Suratin.
Manusia Ibukota dari Negeri Dunia Ketiga.
Mat Nga’ih

Minggu, 04 September 2011

Cinta yang Tak Akan Pernah Pudar

“..Persija di dadaku..

Persija kebanggaanku..

Kuyakin hari ini pasti menang..”

Begitulah bunyi sepenggal lagu yang sudah saya kenal sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Lagu yang dari dulu sampai sekarang sering saya nyanyikan, entah itu di kamar mandi ataupun di stadion. Lagu yang liriknya sudah melekat dan tak satu bait pun saya lupa. Dan bagi saya nyanyian itu lebih dari sekadar lagu, itu adalah seuntai doa untuk sebuah tim sepakbola yang ada di tempat saya lahir dan besar. Mungkin hal itu terdengar berlebihan namun bagi saya itu adalah sebuah pandangan, boleh setuju atau tidak.

Persija, begitulah orang biasa menyebut tim sepakbola itu. Sebuah tim sepakbola yang sudah terbentuk sejak negeri ini belum merdeka. Hampir setiap Persija berlaga, saya tak pernah melewatkan untuk menontonnya, entah dengan datang langsung ke stadion atau hanya lewat layar televisi. Memang saya suka Persija agak terlambat, saat tim ini mencapai puncak kejayaan dengan menjadi juara pada tahun 2001 saya masih belum tahu apa-apa tentang Persija apalagi sepakbola negeri ini. Tetapi sekarang rasa cinta saya terhadap Persija begitu membumbung tinggi dan secara perlahan saya juga cinta terhadap pendukung setia mereka yang dinamakan The Jakmania.

Bagi saya, Persija lebih dari sebuah jagoan. Lebih dari sebuah tim yang dijadikan tarohan ketika bertanding. Persija adalah agama ketiga saya setelah Islam dan Indonesia. Bisa dibilang awal saya menyukai Persija adalah ketika saya baru lulus sekolah dasar, ketika itu saya diajak oleh kakak saya untuk nonton langsung Persija berlaga di Stadion Lebak Bulus. Suasana di dalam stadion sungguh luar biasa sehingga membuat saya jatuh cinta dengan Persija sampai saat saya menulis tulisan ini. Sayangnya debut saya nonton langsung ke stadion sedikit tidak enak. Persib Bandung, lawan Persija ketika itu tidak berani datang karena stadion telah dibanjiri oleh pendukung Persija dan akhirnya mereka pun kalah WO.

Sejak saat itu, saya seakan berjanji dalam hati bahwa saya tidak akan berpaling dari tim ini. Meskipun ada anggapan bahwa The Jakmania adalah biang rusuh, orang kumuh, atau kaum marjinal bagi sebagian masyarakat Jakarta, saya tetap bangga mengenakan atribut Persija. Meskipun warna oranye terkesan norak, saya sungguh menyukainya karena oranye adalah warna Persija dan saya cinta Persija.

Ada lagi yang membuat saya semakin mencintai Persija, dia adalah Bambang Pamungkas. Seorang pemain, kapten, dan panutan yang menurut saya luar biasa. Mungkin banyak orang yang tidak begitu suka padanya karena permainannya lambat dan malas. Namun bagi saya itu adalah gayanya, gaya seorang pesepakbola memang berbeda-beda. Satu-satunya pemain di Indonesia yang selalu tampil elegan di dalam dan luar lapangan. Yang membuat saya semakin kagum terhadap Bepe (panggilan Bambang Pamungkas) bukan permainannya di lapangan melainkan sikap loyalitasnya terhadap Persija. Banyak klub di Indonesia yang menginginkan jasanya, namun ia tetap bertahan di Persija karena dia tak mau bermain dengan klub yang menjadi lawan Persija. Impian saya terhadapnya adalah sekadar bertatap muka atau meminta foto bareng dan tanda tangan, itu saja.

Seperti halnya cinta Bepe terhadap Persija, yang sampai saat saya menulis tulisan ini belum juga pudar, cinta saya terhadap Persija juga demikian, belum dan tidak akan pernah pudar karena tim ini sudah melekat erat di hati saya dan sangat sulit untuk melepaskannya.(Nugroho-JO)

484

Apa kabar, Jakarta?
Bagaimana kau habiskan akhir pekan ini?

Apakah benar survey yang dimuat beberapa media online belakangan ini? Berita yang seakan terus menyudutkan di usia – usia dewasamu. Banyak yang bilang, Jakarta kota paling tidak nyaman. Jakarta adalah neraka para pengendara. Jakarta..

Sore tadi, mungkin biasa dijadikan acuan. Acuan bahwasanya berita itu salah besar. Setidaknya mengkonter berita tersebut berasal dari sebagian anak Jakarta. Atau lebih tepatnya, anak dengan mental Jakarta. Bagi kami Jakarta masih menjadi “Ibukota Sebenarnya”. Masih tetap primadona kota terbaik. Biar sampahmu menggunung, biar macetmu membuang waktu. Asalkan masih ada Monas di Pusat Kota. Dan PERSIJA di Liga terbaik Indonesia.

Saye masih heran tak abis pikir. Mereka yang melontarkan hujatan untuk Jakarta, apa tidak pernah merasa berhutang budi? Dan saya yakin sekali, disaat berita – berita itu dimuat. Para wartawannyapun masih sibuk mencari nafkah di Jakarta. Para penyebar linknya masih sibuk menggantungkan mimpi di langit Jakarta. Dan para hedonis manja, masih sibuk membuang waktu di Jakarta.

Billboard bertulisan 484 mungkin hanya pemandangan angka. Mungkin juga tak lebih menarik dari poster “Go A Head”. Di usia Jakarta itu, secara pribadi ada banyak mimpi tersimpan. Mimpi untuk menjadi kota terdepan kembali. Mimpi agar bisa melihat tim terbesar di Indonesia mengangkat piala lagi.

Jakarta, mungkin sore ini hanya PERSIJA yang sanggup menghibur kami. Bukan “Pasar Malam Tahunan” di Kemayoran sana. Pagelaran yang katanya ciri khas Jakarta. Apa dengan ondel – ondel dan kerak telor sebagai jamuannya mampu disebut ciri khas? Tentu saja kurang, disana tidak ada talam bumbu, tidak ada kue timus, tidak ada warna kebesaran tim Jakarta.

Maka biarkan kami terus teriakkan chant – chant khas Jakarta. Jangan usir (kembali) kebanggaan satu – satunya dari Jakarta. Biarlah PERSIJA bermain di halamannya. Kami akan terus bertanggung jawab menjaganya. Asalkan tak ada pengantisipasian yang sangat paranoid. Biar semua berjalan sewajarnya. Hanya dua kali empat puluh lima menit. Dengan sebelas orang berjibaku. Rise Your Glory!

Biarlah kami pulang dengan tertib ketika peluit usai. Karena kenyamanan bukan hanya punya “Penjilat Jakarta” dan para “Selir – Selir Haramnya”. Lihat memori lapangan sepakbola kami, sekarang telah menjadi parkiran mobil – mobil kelas atas para pengunjung bangunan bertingkat. Biarpun gedung itu bukan sepenuhnya untuk kami. Kami tetap bangga, setidaknya pembangunan itu menunjukkan Jakarta Masih Ramah, Bahkan Untuk Para Penghujatnya!! Mungkin ini sedikit berbau chauvinis, atau bodoh. Tapi Saye berharap bisa mati dan terkubur di Jakarta PERSIJA 3 – 0 PSPS. (If Then Else.end) (Saif-JO)

Persija, Kami Disini Tetap Bangga

Berakhir sudah perjalanan panjang nan melelahkan Persija di kompetisi Indonesia Super League 2010/2011 dengan capaian posisi tiga di klasemen akhir. Kecewa? ah rasanya tak pantas bilang kecewa mengingat tim ini sudah berusaha maksimal hingga pekan terakhir. Mungkin kalau mau diungkapkan, Persija hanya kurang beruntung musim ini.

Ya, kurang beruntung. Tim ini punya materi pemain yang cukup (kalau tidak mau dibilang terbaik) di posisinya yang bisa membawa Persija bersaing dengan tim-tim lainnya. Nama-nama besar seperti Ismed Sofyan, M. Nasuha, M. Ilham, Syamsul Haeruddin, Greg Nwokolo, Agu Casmir dan Bambang Pamungkas yang juga masuk nominasi tim all stars ISL cukup menjadi bukti. Sementara untuk pelatih, nama Rahmad Darmawan yang juga ditunjuk sebagai arsitek tim nasional U-23 Sea Games 2011 tak perlu diragukan lagi. Begitu juga dengan masalah pendanaan, dana hibah 20 milyar dari Pemprov DKI Jakarta (Media Indonesia, 26 Februari 2011-red) jadi jaminan bahwa tim ini tidak mengalami kesulitan finansial berarti. Terlebih Persija punya suporter fanatik yang siap mendukung tim di manapun Persija bermain, The Jakmania.


Lantas di mana letak ketidakberuntungan tim ini? persoalan klasik, ketidakpastian partai kandang. Di saat tim lain bisa dengan tenang menjalani pertandingan demi pertandingan dengan kepastian jadwal dan venue pertandingan, Persija malah harus terusir (kembali) dari kandangnya dengan alasan keamanan maupun agenda politik. Bahkan sehari menjelang partai terakhir lawan PSPS (19/6), Persija masih belum mendapat kejelasan apakah bisa bermain di hadapan pendukungnya sendiri atau tidak. Jelas hal ini amat sangat mempengaruhi kondisi mental pemain, terlebih di kompetisi ISL yang memang punya daya magis tersendiri ketika bermain di kandang. Bahkan kapten Bambang Pamungkas setelah pertandingan lawan PSPS kemarin berharap musim depan Persija bisa tampil sepenuhnya di Jakarta, satu isyarat yang jelas bahwa para pemain sangat merindukan tampil di depan pendukungnya di rumah sendiri.

Persija sendiri memang tidak terkalahkan selama menggelar partai kandang. Total dari 14 partai kandang yang dijalani, Persija menang 10 kali dan sisanya seri. Terusir dari Jakarta sebanyak 5 kali dengan perincian 1 partai di Stadion Jatidiri, Semarang dan 4 partai di Stadion Manahan, Solo. Partai krusial menjelang akhir musim melawan Semen Padang yang harusnya jadi momentum untuk mengunci posisi dua malah harus digelar di luar Jakarta, alhasil Arema berhasil mendekat dan mengalahkan jumlah agregat gol di akhir musim.

Impian untuk tampil di kompetisi Asia jadi terbendung walaupun asa itu tetap ada, dengan catatan jatah wakil dari Piala Indonesia yang urung dilaksanakan tahun ini diberikan kepada tim peringkat tiga ISL. Yang jelas apapun hasil keputusannya nanti, trend positif Persija selama keikutsertaannya di ISL terus menanjak. 2008/2009 peringkat 7, 2009/2010 peringkat 5, 2010/2011 peringkat 3. Jika dicermati, ada kenaikan 2 peringkat tiap tahun. Kalau musim ini Persija ada di posisi tiga, mengikuti trend positif ini amat sangat mungkin kan Persija bisa jadi nomer 1 musim depan? menarik untuk kita tunggu. Terima kasih untuk perjuangannya musim ini.. Persija, kami di sini tetap bangga!(Ikbal Albar-JO)

Persija Dan Jakarta

Kota ini selalu menjadi pusat keramaian. selayaknya ibu kota di negara lain aktivitas di kota ini tidak pernah berhenti bergeliat Mulai subuh kendaraan lalu lalang memadati semua sisi jalan tidak heran mudah dijumpai kemacetan dimana-mana. Pekerja berlomba untuk bisa sampai ditempat mereka selama ini mencari nafkah dengan menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi, selain itu juga ditemui pelajar dan mahasiswa yang berangkat ke tempat mereka menuntut ilmu.

Selain Pekerja, pelajar dan mahasiswa, pedagang yang selama ini beraktifitas di Jakarta, masih harus ditambah juga dengan mereka yang berkarya di pinggiran jalan ataupun lampu merah diperempatan jalan demi menyambung kehidupannya.

Disaat para pekerja menyelesaikan jam kantornya, pedagang tenda-tenda makanan baru saja memulai usahanya yang dimulai dari matahari tenggelam diwaktu senja, hingga selesai pada saat matahari kembali terbit di pagi hari. Semua proses yang terjadi di kota Jakarta ini berlangsung selama 1x24 jam, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan, dan 365 hari dalam setahun.

Semuanya memiliki andil dan kesibukan masing-masing di kota ini. Tapi ada satu yang dapat melepas kesibukan mereka dan berpusat pada satu pandangan. Walaupun wujud nyatanya yang terlihat mungkin hanya berkisar 40% dari mereka yang melakukannya.

Ketika adanya penggelaran pertandingan tim ini, rasanya mudah di jumpai teman-teman berbaju oren di sepanjang ruas jalan raya jakarta, tidak bisa dipungkiri PERSIJA dan JAKMANIA juga warna lain untuk JAKARTA yang semestinya di cintai penduduknya bukan menganggap sebagai public enemy dengan berbagai alasan, terutama alasan kemacetan yang kerap memomojokan disaat ada pertandingan Persija, padahal kalo mau sedikit cerdas, kemacetan Jakarta tetap tejadi walaupun Persija sedang tidak ada pertandingan.

Tidak jarang saya temui, pekerja yang selama ini beratribut kemeja dan dasi, serta lebih banyak menghabiskan waktunya digedung berpendingin udara, dan didepan computer, ketika Persija berlaga mereka dengan bangga datang langsung ke stadion dengan atribut khas dan kebesaran warna Oren.

Pelajar, dan mahasiswa tidak mau ketinggalan aksinya dalam mendukung team Persija, usai menunaikan kewajiban menuntut ilmu, mereka berbondong bonding datang ke stadion, meninggalkan sementara seragam, alat tulis serta diktat yang selama ini menjadi pegangan mereka, menggantinya dengan jersey Persija, syal Jakmania, serta pengibaran bendera Persija mereka lakukan di stadion.

Tentunya ini sebuah gambaran yang luar biasa, tak ada pembeda'an kasta disaat sudah berbaur dalam stadion. Tak peduli anda siapa, tak peduli pekerjaan anda apa, Apa agama dan suku anda, pada saat didalam stadion, semua sama Saudara se Persija.

Kisah itu akan terus tersimpan di dalan memori kehidupan. setiap pertandingan pasti memiliki warna dan kenangan yang berbeda. Sampai akhirnya suatu saat nanti saya benar-benar melihat kota jakarta yang sepi ketika PERSIJA sedang tanding. Seperti contoh penduduk Brazil yang menghentikan segala aktivitas di negaranya ketika kala timnas Brazil tanding di Piala Dunia.

Kasta nya memang berbeda yang satu timnas yang satu tim lokal. Yang satu liga dunia yang satu liga lokal.
Tapi tidak ada yang tidak mungkin.
Mari jaga sama-sama sepakbola Indonesia khususnya PERSIJA ;) (ELKE-JO)

ketika seorang legenda diragukan kemampuannya

“ …apa sih prestasi Bambang buat timnas Indonesia??? Gak ada…!!!” itulah komentar teman Saya diFacebook sewaktu mengomentari penampilan Bambang Pamungkas di Piala AFF 2010 Desember kemarin. Saya hanya tersenyum sambil mengelus dada saat melihat komentar teman saya yang merupakan seorang supporter fanatik salah satu tim papan atas di liga primer Inggris ini. Mungkin jika ia berkata seperti itu di depan para “kaum ultras” Persija, Bisa dipastikan teman saya yang satu ini akan mendapat “tanda terima” dari teman teman “ultras” hehe.

Bagi kalangan awam, Mendengar nama Bambang Pamungkas mungkin akan terlintas dipikiran mereka bahwa sekarang ini Bambang Pamungkas sudah kehilangan tajinya sebagai salah satu “goal getter” andalan Timnas Indonesia. Apalagi, Timnas Indonesia sudah kedatangan salah satu striker haus gol yang sudah beberapa kali dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak di liga Indonesia belakangan ini. Ya… dia adalah Christian Gonzales.

Kehadiran Christian Gonzales yang resmi menjadi wara Negara Indonesia pada pertengahan 2010 lalu, dan menjalani debutnya di piala AFF dengan mencetak gol ke gawang Malaysia pada pertandingan pertama penyisihan grup di Piala AFF 2010 lalu, membuat nama Bambang Pamungkas semakin tenggelam di dalam lumpur sindiran dan cacian para pendukung Timnas yang selalu membanding bandingkan penampilan apik Christian Gonzales dengan Bambang Pamungkas.

Coba anda tanyakan bagaimana Bambang Pamungkas kepada mereka yang kenal atau yang sering melihat penampilan Bambang Pamungkas, khususnya para pendukung Persija. Mereka mungkin tidak akan berpikir panjang lagi dan menyebut Bambang Pamungkas adalah salah satu striker yang mempunyai skill mumpuni dan mempunyai intelijensi tinggi sebagai pesepak bola professional. Bagi saya, Bepe, panggilan akrab Bambang Pamungkas, bukan hanya sebagai striker yang haus gol dan mempunyai skill yang mumpuni, tetapi juga sebagai panutan atau teladan yang patut ditiru bagi para pesepakbola muda. Penampilannya yang tenang dan selalu sportif dilapangan membuat para lawan maupun kawan dilapangan hijau memberi respek kepadanya.

Silahkan anda menonton salah satu pertandingan kandang Persija di Gelora Bung Karno. Disana, khususnya di tribun utara anda akan menemukan berbagai banner dan bendera besar yang dibuat oleh para pendukung Persija yang berhubungan atau bergambar Bambang Pamungkas. Itu semua adalah salah satu bentuk kecintaan mereka terhadap Bepe. Dimata para pendukung persija, bepe juga merupakan salah seorang pemain yang loyal terhadap tim Persija. Bahkan,Bambang Pamungkas juga mengungkapkan di dalam bukunya bahwa ia merasa takut bertanding membela tim lain di Lebak Bulus melawan Persija. Bukan karena suporternya, tapi karena ia tak mampu membohongi dirinya kalau ia sangat mencintai Persija Jakarta. Dimata Bepe sendiri, cemoohan dan cacian tersebut merupakan bentuk rasa cinta mereka terhadap Pemain yang bertinggi tubuh 170 cm ini. Memang benar apa yang diucapkan oleh Bepe. semakin kita dicemooh dan diperdebatkan positif dan negatifnya, dengan sendirinya kita akan sadar bahwa keberadaan kita telah diakui oleh masyarakat.

Silahkan anda caci maki dan kubur Bambang Pamungkas dengan cacian anda tersebut. Bagi kami khususnya para pendukung Persija, Bambang pamungkas adalah seorang “the real living legend” yang memberi warna pada permainan Persija. Seorang pemimpin sejati dan kapten di lapangan. Seorang striker oportunis yang selalu menghasilkan gol. Seorang motivator bagi para pemain yang lain.

Tidak ada keraguan bagi kami untuk mengatakan bahwa Bambang Pamungkas adalah salah seorang striker terbaik di Indonesia. Like Irfan Bachdim said : “There is only 1 MAN, 1 HERO, and 1 LEGEND… His name is…. BAMBANG PAMUNGKAS!” (@ICALICHIE)


Selasa, 19 Juli 2011

Dan, Batavia Pun Berpesta di Tahun 1938

Saya akhirnya menemukan fakta menarik, dimana dalam beberapa sumber menyebutkan kompetisi PSSI pada tahun 1938 jatuh ke tangan Solo (Persis) tetapi dalam susunan Wikipedia juara ada tahun itu direbut oleh VIJ (Persija). Jelas kesimpangsiuran ini menimbulkan kebingungan, dan saya sedikit bertanya-tanya ada apa ditahun 1938.

Fakta menarik tersebut saya dapatkan dari koran yang bisa dibilang sudah sangat tua dan rapuh, sehingga untuk membalikan halamannya saja agak sedikit hati-hati kalo tidak mau robek secara ber-class, ya Koran itu bernama Sin Po, Koran tua dengan pasar pembaca tionghoa termasuk Koran yang sangat berpengaruh di Ibukota dan Surabaya (di Surabaya hadir dengan nama Sin Tit Po). Awalnya saya mengira Koran ini pro terhadap Belanda, terbukti dengan berita yang selalu berat ke VBO (Voetballbond Batvia Omstraken). Dimana kompetisi VBO selalu menjadi berita di rubrik sport, tetapi diam-diam saya menemukan berita tentang VIJ, yah walaupun kecil , itu sudah membuat saya senang.

Selain VIJ, adapula berita tentang timnas kita yang menjadi Negara asia pertama yang berlagai di Piala Dunia 1938 lengkap beserta foto. Hindia Belanda saat itu diwakili oleh orang-orang yang bernaung di bawah bendera NIVU. Ini yang membuat PSSI semakin membenci NIVU lantaran NIVU menipu PSSI. Ya tentang pengiriman tim ke piala dunia memang seharusnya ditentukan dengan pertandingan antara PSSI melawan NIVU yang pemenangnya berhak mewakili Hindia Belanda ke Piala Dunia, NIVU nampkanya mencium gelagat pembangkangan dari PSSI, takutnya di Piala Dunia nanti, PSSI mengibarkan panji semangat nasionalisme dalam diri Indonesia bukan Hindia Belanda yang menjadi Negara satelit dan jajahan kerajaan Belanda.

Oke balik lagi yuk ke VIJ sebagai cikal bakal Persija nantinya. Yap, sumber yang saya temukan sangat fix, bila dulu saya mendapat sumber dari tangan kedua, maka hari ini saya mendapatkan sumber dengan mata kepala saya sendiri. Awalnya saya hampir menduga bahwa memang benar bukan VIJ juaranya, dimana semifinal VIJ sudah bertemu Surabaya (Persibaja) terlebih dahulu. Ini sangat tidak sesuai dengan sumber yang banyak menyebutkan VIJ juara setelah mengalahkan SIVB dengaan skor 3-1 di final, nah itu memang terjadi tetapi bukan di kompetisi PSSI tahun 1938, itu terjadi di kompetisi NIVU, VBO berhasil mengalahkan SIVB dengan skor 3-1. Dari situ saya mencoba terus mencari artikel di Koran itu tentang final Kampeonturnoi PSSI dan hasilnya..eng..ing..eng.. yaaa VIJ berhasil mengalahkan Solo (Persis) dengan skor 3-1.

Artikel yang saya liat sendiri adalah fix dan berhasil mematahkan kegalauan saya tentang kompetisi tahun 1938 ini, bila kemarin-kemarin saya sempat berfikir Persija hanya juara 8 kali kompetisi PSSI maka sekarang saya sudah nyaman dengan 9 kali juara kompetisi tertinggi di Indonesia ini, plus satu kali juara Liga Indonesia tentunya, He..he..

Itu memang masa lalu, masa lalu yang membuat saya tertarik. Faktor Persija yang membuat saya ingin mengenal tim ini secara lebih dekat. Bila para hooligan, ultras bahkan para fans biasa saja bisa mengenal sejarah klub mereka, saya juga ingin mengenal sejarah panjang sebuah perkumpulan yang bahkan lebih besar dari sekedar klub, Tim Persija.

Besar karena Persija mengayomi beberapa klub yang ada di Jakarta, besar pula karena banyak pemain hebat dan gelar-gelar fantastis yang lahir dari tim ini. Apakah kita mengenal semua-semua dari mereka? I don’t think so..

Bila banyak dari orang lain yang memandang sinis dengan sejarah ataupun masa lalu, wajar saja. Karena kelemahan bangsa ini adalah penghilangan sejarah untuk membuat sejarah baru yang mungkin beberapa tahun kedepan akan hilang dan digantikan sejarah baru. 1938 adalah bukti, hilangnya sejarah atau kesimpangsiuran sejarah membuat saya sebagai pecinta Persija merasakan kegalauan yang luar biasa. Beruntung masih ada arsip tersimpan rapi di lantai 7 di gedung perpustakaan yang sangat sepi pengunjung, dari lantai ini saya merasa kembali terbang ke tahun-tahun itu, ikut merasakan sukses VIJ (Persija) yang mungkin orang-orang pada tahun itu tidak memikirkan begitu susahnya menemukan kembai arsip, dokumantasi dan data jerih payah mereka dalam menghadirkan gelar ke tanah Ibukota. ( GRY-JO )

V.I.J (PERSIJA) 3-1 Solo (Persis), di Sriwedari Solo

Gol VIJ : Soetjipto, Iskandar, Soetarno

Susunan Pemain V.I.J tahun 1938 :

Roeljaman; Moh. Saridi, A. Gani; Djaimin, Moestari, Soemarno; Soetarno, Soetjipto, Soetedjo; Iskandar, Oentoeng.

*sumber : Koran Sin Po 10 Juni 1938

Supporter Sepakbola ; Dalam Belek, Sampai Kunci Master Ruangan Bapak Gubernur

Apa kabar, Kawan? Kabar yang sepertinya tak patut lagi kita pertanyakan. Karena sepertinya kabar hari ini adalah pengulangan kabar – kabar satu windu lalu. Ya..masih dengan harapan dan upaya, agar semuanya membaik dan sesuai rencana bukan?? (Hehheheh..kata – kata pembukanya terdengar sangat pragmatis ya? Seperti selembaran era gelap suatu system)
Langsung aja ya..karena saye yakin, kawan – kawan tidak punya banyak waktu membaca hal yang (menurut saye) tidak penting ini. Tahan sedikit kursor diujung telunjukmu, baca dahulu lebih dalam sebelum kau mengarah ke tanda silang (x) dipojok kanan atas itu.
Isi tulisan ini adalah pandangan pribadi saye aja, tidak mewakili suatu bentuk apapun. Dan jika ada orang yang merasa “tersentil” berarti anda baru saja masuk ke gerbang permainan diskusi “smoking area”.
Dalam judul diatas, mungkin menggambarkan supporter secara keseluruhan, dan bukan hanya di Jakarta saja. (tapi ga sampe lintas benua koq. He8x). Kenapa harus supporter? Kenapa hanya di Indonesia? Jawabannya adalah : Karena ini forum supporter yang pake bahasa Indonesia.

Supporter dalam belek, disini adalah secara bahasa belek = kotoran mata. Jadi secara kiasan adalah fase dimana supporter yang sangat merusak mata. Mata siapa? Mungkin juga di mata supporter itu sendiri. Ketika ribuan masa mengenakan atribut kebesaran tim yang mereka bela. Menyanyikan lagu berirama kemenangan. Menabuh genderang perang di lapangan. Hingga semuanya terlihat lepas kendali dan tidak bertanggung jawab. Semuanya terlihat menyebalkan. Bahkan bagi sebagian supporter itu sendiri. Apalagi orang yang sudah alergi mendengar kata “supporter”. Apakah kita pantas disebut belek?

Masuk satu tinggat lagi, dalam fase supporter. Ketika media – media sibuk membeberkan tingkah “tengil” kita. Tapi disisi lain, mereka sangat mengejar – ngejar kita untuk menaikkan rating acara, promosi program baru, atau apapun namanya. Yang penting ketika mereka datang membawa tawaran itu, kita hanya menerimanya sebagai “kesempatan untuk lebih dikenal”. Tapi hanya sedikit dari kita, yang memberikan tawaran untuk mengendalikan isi acara tersebut secara nilai – nilai “kesupporteran”. Maksud saye, bukanlah hal yang dipandang secara materil. Walau memang ketika tawaran itu datang dari mereka, mereka juga menawarkan materil yang secara kolektif lumayan besar (tapi mereka juga minta, yang dateng juga banyak..yah, impas dah. He8x)
.
Untuk dua fase diatas, dalam waktu beberapa minggu kebelakang memang tak terdengar di Ibukota. Ya, terkesan Ibukota tampak nyaman tanpa adanya pertandingan. (Gimane mao kedengeran, maennye aje berkilo – kilo meter jauhnya dari Jakarta. He8x)
Fase tertinggi adalah fase Master Key atau Kunci Master dalam ruangan Gubernur. Loh, apa korelasinya? Dimane nyambungnye? Sepertinya kawan – kawan sudah tak perlu lagi melontarkan pertanyaan – pertanyaan diatas. Ingat beberapa tahun lalu. Ketika kita sangat mengelu – elukan (bukan menggue – guekan) calon – calon pemimpin tertinggi di Ibukota. Mereka yang dengan fasih berbahasa Jakmania, mereka yang telah terlihat nyaman dengan kaos oranyenya.. loh kenapa mereka? Kan orangnya satu. Mereka adalah kata ganti untuk orang besar, atau orang yang sewajarnya besar.

Hingga pada malam sabtu kemarin, akhirnya saye dan salah seorang saudara membahas satu akun twitter yang sangat hyperaktif membalas mention – mention yang masuk ke akunnya. Memang awalnya terlihat ramah, apalagi pribadinya (secara pribadi juga) saye anggap baik, dan patut dicontoh. Tapi hasil pembahasan jam dua malam itu, mecerahkan isi kepala kita, bahwasanya harus lebih hati – hati dalam menyikapi isu – isu dalam akun tersebut. Dan (mungkin) beliau memerlukan jasa “Persija Lovers” sebagai jalan mulus tanpa hambatan menuju gerbang gedung Balai Kota.

Sepertinya memang tulisan ini harus berhenti. Tapi pemikiran dan sikap kita harus lebih deras dari niatan mereka. Menjelang saye mengklik tanda silang diatas (x). Apabila tulisan ini dianggap pantas masuk kedalam suatu halaman digital. Maka biarlah ini menjadi salah satu jembatan diakhir.org. dan diawal .asia.
Jadi berape, Mpok? Nasi ulam sama bakwannye dua? (if then else.end)- Saif-JO

Minggu, 12 Juni 2011

Saya Jawa Berdarah ‘Oren’

Ungkapan pertama orang-orang yang Saya temui adalah “Mas ini pasti Orang Jawa ya?”. Saya akui, meskipun sudah hampir 3 tahun hidup di Kota Oren, aksen Jawa masih sangat kental di lidah Saya. Biasanya itu disebut medhok atau ngapak. Saya lahir dan besar di salah satu Desa kecil di Kota Cilacap bagian Barat (Jawa Tengah), kota yang juga penyebab lidah Saya fasih sekali mengucapkan enyong (Saya) dan dhalem (Ya) itu. Kota yang juga mempunyai team Sepakbola yaitu PSCS (Divisi Utama), sebuah team Sepakbola pesisir Selatan Pulau Jawa yang didirikan jauh sebelum Saya lahir (tahun 1970) dengan supporter fanatiknya Laskar Nusakambangan (LANUS). Cilacap juga Kota dimana Saya dulu mempunyai sebuah mimpi, rasanya ingin sekali melihat pertandingan Persija langsung di Stadion. Sebuah team Sepakbola Jakarta yang amat Saya kagumi saat itu (tentu saja sampai sekarang). Alhamdulilah mimpi itu terwujud meskipun terlambat.

Akhir tahun 2009, tahun dimana pertama kali Saya bersama kedua teman Saya menonton pertandingan Persija live di Stadion Gelora Bung Karno, saat itu pertandingan Persija vs Pelita Jaya (20 Des 09) dengan skor akhir seri 1 – 1, meskipun kecewa Macan Kemayoran gagal raih point 3 tetapi Saya bahagia karena terkabulnya mimpi Saya itu ditambah lagi bisa melihat Bambang Pamungkas mencetak gol. Kebahagiaan yang berlipat ganda, bahkan setahun setelahnya Saya bisa bergabung dengan komunitas pecinta Persija dari kalangan pekerja dan profesional yaitu JaKantor Community. Dengan bergabungnya ke dalam komunitas tersebut, Saya banyak belajar menjadi Supporter yang dewasa dan tertib. Meskipun Saya mencintai Cilacap dengan pantai dan keindahan alamnya namun untuk sebuah kecintaan team Sepakbola Saya sudah terlanjur jatuh hati dengan Persija.

Entah apa yang membuat Saya tertarik dengan Persija, Saya bukan asli Jakarta dan tidak hafal history dibalik terbentuknya Persija, dulu mungkin karena Saya suka sekali melihat Bambang Pamungkas bermain bola dan terpesona oleh permainannya yang cantik. Namun jika harus menjelaskan secara detail, maaf kecintaan Saya terhadap Persija memang tidak cukup hanya diungkapkan dengan kata-kata. Entah sampai kapan ‘Darah Oren’ ini akan terus mengalir dalam tubuh Saya, dalam tubuh Perempuan Jawa. Mungkin seperti yang orang-orang (Jakmania) bilang kebanyakan, mencintai Persija Sampai Mati.

We are Loyalis Not Pemanis

Memasuki tahun 2007,sepakbola Indonesia memasuki masa transisi dari tradisional ke semi industri. Titik baliknya adalah ketika Piala Asia 2007, Timnas seakan menjadi magnet bagi masyarakat Indonesia. Memang di partai perdana melawan Bahrain stadion GBK masih terlihat lenggang, namun pada partai kedua barulah terlihat sesak.
Salah satu indikator bahwa sepakbola masuk ke dalam industri yaitu banyaknya perusahaan yang menjadi sponsor dalam event atau terhadap sebuah klub, disamping itu banyak perusahaan menggunakan pemain sepakbola sebagai endorser dalam kegiatan brandingnya. Bisa kita lihat saat itu banyak pemian Timnas yang menjadi endorser di baliho-baliho milik perusahaan sport ternama..

Seperti kita ketahui segmentasi utama penonton sepakbola adalah kaum adam, namun fenomena yang berkembang sejak Piala Asia 2007, sepakbola juga menjadi konsumsi kaum hawa. Terlepas Selain sponsorship, indikatornya adalah perluasan segmentasi konsumen dalam hal ini supporter sepakbola dari faktor apa yang mendorong kaum hawa datang ke stadion, namun kita patut memberikan apresiasi karena sepakbola nasional mengalami transisi ke arah yang lebih baik.
Lalu apa hubungannya dengan Persija dan Jak Mania. Permainan ciamik Bambang Pamungkas ketika Piala Asia 2007 merupakan salah satu faktor yang membuat semakin bertambahnya deretan Jak Angel. Hal ini juga diperkuat oleh brand personality Bambang Pamungkas yang bisa menempatkan dirinya sebagai atlit dan publik figure, sehingga membuat banyak wanita khususnya ABG menjadi terkagum dan ingin melihat sosok BP lebih dekat, yaitu dengan menonton Persija. Namun bila membuka buku catatan harian Jakmania, eksistensi Jak Angel sudah terlihat sejak Jakmania berdiri. Bahkan menurut Saya regenerasi Jak Angel sudah berjalan dengan baik karena mereka datang silih berganti.

Suatu hari,tepatnya hari minggu beberapa tahun yang silam. Di dalam bus mayasari bakti yang berjalan pelan di depan markas Kodam Siliwangi, Saya melihat seorang wanita menangis dan mau pingsan karena syok mendapat serangan dari oknum berbaju biru (bukan tetangga sebelah ya,) dan tidak bisa menyaksikan Persija berlaga. Di hari itulah Saya melihat eksistensi seorang Jak Angel dan Jak Angel tersebut yaitu Mba Temmy JM. Peristiwa itu terjadi ketika Tour Jakmania ke Bandung tahun 2001 ( Saat itu Jakmania dan *I*I*G belum bertikai)

Beberapa bulan setelah peristiwa itu, di suatu sore, Gw membeli sebuah tabloid olahraga yaitu G.O. Setelah membuka halaman per halaman, Gw mendapati satu halaman full yang berisi foto liputan. Dari beberapa foto tersebut, ada sebuah foto dimana di dalamnya ada seorang wanita yang menggunakan baju kebesaran Jakmania di koa Makasar bersama sang suami dan orang itu adalah Istri Bang Jawil Korwil Cipinang (Mpok Lucy) yang ikut mendukung Persija ke Makassar dalam 8 besar liga Indonesia VII. Oh ya ada juga poto Bang Bapuk lagi masak di depan tenda hehehehe. Beliau juga hadir saat Jakmania hadir di Jalak Harupat beberapa tahun silam dan tentunya bersama suami tercinta yaitu Bang Jawil.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan Tahun berganti Tahun. Pada suatu hari saat Persija berlaga di GBK, Gw melihat sekumpulan anak The Jak pada anteng banget pas lagi istirahat. Ga kaya biasanya yang sibuk nyariin tukang lontong, tukang tahu sampe tukang air, mereka pada anteng makan lontong, dan jajanan kecil lainnya. Perasaan Gw belum ada pengusaha tahu sama bacang yang lewat, tapi kok udah pada makan ya ? Apa pada bawa bekel ? ah gak mungkin orang sebanyak ini banyak bekel yang samaan. Ternyata eh ternyata ada seorang Ibu yang dengan semangatnya membagikan makanan kepada anak-anak The Jak tanpa rasa pamrih. Sejak saat itu Gw baru tahu kalo ada seorang Ibu-ibu yang cinta sama Persija dan juga cinta sama anak-anak The Jak. Ibu itu adalah Mami Jatipadang yang selalu membawa makanan banyak bersama putri-putrinya.

Kini, Gw melihat seorang Jak Angel yang dibilang loyal sama Persija yaitu Nunung Jak Kemayoran. Kalo kebanyakan Jak Angel datang ke stadion untuk melihat bintang idola nya kaya BP, tapi seorang Nung malah memilih untuk membelakangi lapangan hanya demi memimpin temen-temen The Jak.
Ada pepatah mengatakan “Kesuksesan Lelaki Tidak Bisa Dilepaskan dari Wanita Yang Ada Di Belakangnya” Kadang Gw melihat ungkapan itu adakalanya benar. Kehadiran Jak Angel bisa menjadi pengontrol atau penyemangat tersendiri bagi seorang Jak Mania. Contohnya Bolenk Barrabravas Manggarai. Sejak kenal yang namanya Cewek, dia mengalami perubahan ke arah yang lebih positif misalnya kagak berantem, bisa ngontrol diri saat nonton Persija. Hal itu tidak lepas dari peran seorang Jak Angel yang bernama Ibeth Gendut.

Seperti yang Gw bilang di atas Jak Angel datang silih berganti. Saking banyaknya Gw lupa nama, bukannya mau ngelupain ya .Masih banyak yang belum kesebut atau belum diceritakan seperti Yanti, Dina dan Risty Tongkang, Detri dan Mba Katrine serta dayang-dayang Jati Padang, Mba Antik Kemayoran, Renny Tebet, Bela dan Eka Manggarai, Mba yang dari kalipasir lupa namanya siapa, Yanti Jak Bandung, Hilda, dan yang lainnya. saking banyaknya Gw lupa nama, bukannya mau negelupain ya..

Beberapa kisah di atas hanyalah sepenggal kecil sejarah tentang loyalitas seorang Jak Angel dalam mendukung Persija. Setidaknya dengan membaca cerita di atas Gw berharap temen-temen Jak Angel lainnya khususnya yang biasanya cuma joget di atas metro mini, mejeng dengan baju seksi, mojok sama pacar di bawah pohon dan yang cuma tawaf muterin senayan bisa terketuk hatinya dan menyadari bahwa kalian adalah “LOYALIS BUKAN SEKEDAR PEMANIS BERBAJU ORANGE” .Belajarlah untuk menghargai diri sendiri sehingga orang tidak akan memandang sebelah mata dan kredibilitas sebagai Jak Angel bukan dilihat dari kecantikan atau keseksian, tetapi dari loyalitas.

Tulisan ini hanya curahan pemikiran Gw agar Jak Angel tidak dianggap negative oleh berbagai kalangan. Maaf kalo ada kesalahan dan ada yang kurang berkenan dengan tulisan ini.
*note : tambahan dari Jak Online : Salut untuk Aina Rahma, cewe pertama yang bergabung di Jak Online, yang kemudian diikuti oleh beberapa Jak Angel yang bergabung selanjutnya di Jak Online

Kamus :
Endorser : Bintang Iklan
Transisi : Perubahan
Branding Personaliity : Pencitraan Diri / Penggambaran Diri
Kredibilitas : Kecakapan
Branding : Pencitraan
Segmentasi : Pengelompokkan

Selasa, 17 Mei 2011

Gaya Bermainnya Cerminan Filosofi Hidupnya (Leo Saputra)

Tak kala hampir semua Jakmania/Pecinta Persija mengidolakan B 20 P, Ismed Sofyan, Greg Nwokolo, tetapi di hati gw ada seorang pemain Persija yang setiap bertanding selalu memunculkan emosi dalam diri gw untuk selalu mensuport nya dari tribun. Seiring dengan berjalan nya waktu semakin lama semakin gw suka terhadap pemain Persija tersebut walaupun diri nya bukan lah pemain bintang tetapi selaku masuk line up pelatih dan bahkan selalu bermain di partai-partai besar yang dihadapi Persija. Gw selalu berteriak untuk diri nya dari tribun sebagai penyemangat untuk terus menjaga sisi kiri pertahan Persija agar tidak bisa di tembus oleh lawan. Apalagi disaat pemain tersebut terjatuh di jegal oleh lawan gw selalu berteriak lantang "LEO bangun..........." Itulah Sang Pemain idola gw Leo 23 Saputra anak pangkal Pinang yang lebih betawi dari orang betawi. Banyak yang bertanya sama gw terutama temen-temen dari Jakantor Community kenapa si lo begitu mengidolai Leo 23 Saputra ? haha...gw cuma bisa tertawa dan tersenyum dan hanya hati gw yang bisa menjawab nya.

Berawal dari tugas pelajaran Bahasa Indonesia untuk murid-murid gw tentang bagaimana caranya mewawancarai tokoh atau idolanya. Terlintas dalam pikiran gw untuk membuat contoh model wawancara buat murid-murid gw, bagaimana kalo Leo 23 Saputra aja yang gw wawancara. Tapi gw berpikir kembali gimana cara nya???

Gw teringat ucapan dari rekan gw Oren Barat,"kalo lo mau ketemu Leo coba hubungi Adzani Alwianto". Ternyata Pucuk di cinta ulam tiba, gw bertemu Adzani di tribun VIP saat partai Persija Vs Persipura. Langsung gw utarakan niat gw tersebut dan alhamdulilah Adzani merespon dengan baik. Maka gw atur janji sama Dzani dan kata nya Leo 23 Saputra bersedia. Gw seneng bukan main. Awal nya Selasa malam tanggal 5 April mau berkunjung ke rumah Leo 23, ternyata esok hari nya Persija akan bertanding melawan Persiwa takut mengganggu waktu istirahat Leo 23 maka Dzani merubah nya menjadi Senin malam tanggal 4 April. Kemudian kami janjian di depan Carrefour Permata Hijau bagda Maghrib. Ternyata bukan gw dan Dzani yang bersiap berangkat ke rumah Leo 23 tetapi rekan Tonank Ari, Hafiz dan Aryz turut menemani perjalan gw dan Dzani. Sebelum nya Dzani sudah menelpon Leo 23, di karenakan Leo 23 harus ada pertemuan dengan pelatih untuk membahas strategi menghadapi pertandingan esok lusa. Kami putuskan makan malam bersama di warung pecel lele di sekitar rumah Leo 23. selesai santap malam kami langsung menuju ke kediaman Leo 23. Dalam benak sempat muncul perasaan ga enak karena Leo 23 belum tiba di rumah masih dalam perjalan dari mes Ragunan. Di rumah hanya ada Mba Dinie istri dari Leo 23 dan putri nya yaitu Cleo dan Quinta. Tak lama berselang pintu di buka oleh Cleo dan Mba Dinie pun turut keluar menyambut kedatangan kami kemudian mempersilahkan masuk. Awal nya gw merasa tak enak hati, karena takut mengganggu waktu istirahat dan privasi Mba Dinie beserta 2 orang putri nya yang cantk dan imut itu. Ternyata semua perasaan gw yang ga enak itu berubah menjadi 180 derajat, hal itu disebabkan karena Mba Dinie begitu wellcome dengan kedatangan gw dan temen2 lainnya.

Dzani yang memang sudah bagaikan keluarga sendiri bagi Leo 23 dan keluarga dengan asik bercanda dengan Cleo dan Quinta. Sambil menunggu Leo 23 dari Ragunan, di isi dengan obrolan ringan kami dengan Mba Dinie seraya menghidangkan makanan dan minuman. Tak lama berselang Leo 23 tiba di rumah beserta Phei dan Mas Dipo.Setelah memasukkan mobilnya kedalam garasi Leo 23 bergegas turun dan menyambut kami yang sudah menunggu.

Tanpa harus istirahat sejenak minimal berganti baju apalagi mandi Leo 23 langsung bergabung dengan kami dan Mba Dinie dalam obrolan ringan malam itu. Leo 23 sudah tau maksud kedatangan kami terutama saya. Tapi gw bilang “ Tar aja Bang wawancara nya…..”. Dimulailah obrolan yang makin lama makin seru ini seputar Persija, karir Leo 23 dan pengalaman-pengalaman nya selama menjadi pemain sepakbola profesional. Di dinding rumah terpampang beberapa foto Leo 23 bersama skuad Persija. Ada satu foto saat Leo masih memperkuat Sriwijaya FC beberapa tahun silam. Yang bikin gw tambah bangga dan salut dalam foto itu di tangan nya tersemat ban kapten Sriwijaya FC pada saat itu. Lalu gw bertanya kepada Leo 23 “ Bang berarti elo kapten ke -3 Persija ya?” Leo menjawab “ Iya kalo BP sama Ismed ga ada”. Sontak kami semua tertawa terbahak. Leo bilang “dulu gw kapten sekarang gw kopral lagi”. Kami tertawa terbahak lagi mendengar jawaban dari Leo 23. Itulah Leo 23 ucapan-ucapan yang terlontar dari mulut selalu ceplas-ceplos penuh tawa dan apa adanya.

Upss hampir gw lupa akan tugas wawancara. Kemudian gw ambil bahan wawancara nya yang memang sudah dipersiapkan dari rumah. Leo 23 menjawab semua wawancara tersebut dengan santai tap serius. Ternyata karir sepakbola profesional nya berawal dari klub Pelita Jaya. Setelah wawancara obrolan pun kembali berlanjut sambil kami menikmati minuman dan makanan yang dihidangkan. Mba Dinie membuatkan jus jambu. Dan pada akhir nya muncul pertanyaan yang menggelitik dari rekan Hafiz kepada Leo 23. “Bang kalo ada tawaran dari Persib giman?”. Leo 23 menjawab dengan ringan, “Kalo Persija masih butuh tenaga gw, gw siap kapan pun buat apa gw main jauh-jauh, tapi kalo Persija udah ga butuh tenaga gw lagi dan ga ada opsi lain apa boleh buat, karena dapur keluarga harus tetap ngebul “. Jawaban yang logis dan masuk akal dari Leo 23, karena selain diri nya masih ada tanggung jawab yang dipikul untuk keluarga. Gaya bermain nya yang simple dan taktis namun lugas mencerminkan filosofi hidupnya yang apa adanya dan ga neko-neko. Leo 23 mengatakan masih banyak pemain yang lebih bagus dari diri nya tapi tak semua bisa bermain di tim besar apalagi tim sebesar Persija, hal itu disebabkan karena faktor nasib. Leo 23 bersyukur kepada Sang Pencipta karena diri nya di berikan nasib dan peruntungan yang baik sehingga bisa menjadi seperti sekarang ini. Itulah sosok pribadi Leo 23 sesungguhnya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 dan kami pun tak mau menggangu istirahat Leo 23 dan keluarga lebih lama lagi. Sebelum pamit dan pulang Mas Dipo mangajak kami foto bersama. Kesempatan ini ngga gw lewatin begitu aja dan Leo 23 pun dengan senang hati berfoto bersama kami. Alhamdulilah kesampaian juga bertemu dengan pemain idola gw. Terima kasih buat Leo 23 dan Mba Dinie atas waktu dan jamuan nya. Bravo L 23 S….

Disini Gue Belajar

Kata orang yang namanya belajar ya di bangku sekolah atau di universitas. Pepatah Cina mengatakan “ Tuntutlah ilmu sampe ke negri Cina” Gw mengartikan pepatah ini bahwa kita bisa belajar kok di mana aja, kapan aja dan dengan berbagai cara gak hanya harus duduk di bangku dalam sebuah pendidikan formil. Kenyataannya Gw bisa belajar banyak bersama teman-teman Jak Mania. Selama menjadi anggota The Jak banyak banget pelajaran yang Gw dapatkan dan itu sangat berguna banget baik langsung maupun gak langsung buat kehidupan gw.

No Money No Cry
Kalo kata Bob Marley “No woman no cry” tapi di The Jak Gw bisa belajar “No Money No Cry “. Buat sebagian orang emang duit seperti Tuhan, tapi disini Gw bisa membuktikan kalo ga ada uang gw bisa hidup kok, bisa ketawa bersama temen-temen. Contohnya ketika tour keluar kota dukung Persija, kita masih bisa ketawa bareng, nyanyi bareng walaupun duit yang kita bawa mungkin pas-pasan banget, setidaknya bisa lah buat beli sebungkus nasi pake tempe dan sayur walau Cuma 2 x sehari. Seneng rasanya bisa ngeliat temen-temen masih bisa tersenyum saat tour ke luar kota dengan duit pas-pasan dan kadang hasil pertandingan ga memuaskan.

Ikhlas
Pelajaran kedua tentang ikhlas. Menurut Gw, sabar itu gampang, tapi yang namanya ikhlas susah banget. Disini Gw belajar untuk ikhlas dalam menerima sesuatu yang gak sesuai dengan harapan kita. Contohnya ketika tahun 2005, dua kali Persija masuk Final lawan Persipura di Liga dan Arema di Copa, tetapi hasilnya emang ga sesuai dengan apa yang semua kita harapkan. Disitulah kita belajar untuk ikhlas dalam menerima kenyataan yang pahit

Setia
Jaman sekarang kesetiaan gampang banget dibeli. Cw bisa selingkuh karena punya gebetan yang lebih tajir atau ganteng, anggota DPR ga setia sama rakyatnya jadinya korupsi tapi The Jak mengajarkan Gw untuk setia. Haus trophy yang dialami Persija sejak tahun 2001 tidak membuat temen-temen The Jak berpaling ke klub lain (ya kalo ada yg berpaling berarti kesetiaannya diragukan ). Kita tetap setiap mendukung Persija dengan hasil apapun dan di mana pun selama itu mungkin. Kadang Gw melihat temen-temen ninggalin pekerjaan sampe di SP 3, ninggalin keluarga , bolos ujian hanya untuk sebuah kesetiaan. Contohnya The Jak Kemayoran yang menurut Gw selalu konsisten dari dulu untuk mendukung Persija di mana pun

We Are Different But One
Buat Gw The Jak itu nano-nano, karena mempunyai latarbelakang budaya, ekonomi dan social, suku dan ras yang berbeda-beda. Tapi di sini Gw bisa belajar untuk bisa menerima perbedaan dan belajar untuk memahami karakter seseorang dengan latar belakang yang berbeda dari Gw. Menerima perbedaan itu susah kawan, tapi Gw juga bingung kenapa dengan mudahnya kita bisa menerima semua perbedaan ini ketiak kita mendukung Persija. Ga peduli dia kaya atau miskin, punya pekerjaan atau ga, orang baik atau ga, Betawi atau pendatang, semuanya sama menamakan dirinya “ We Are Jak Mania”.
Namun untuk pelajaran yang satu ini menurut Gw sekarang kita sedang mengalami “DEGRADASI” karena terkadang temen-temen lupa, sehingga terlalu membanggakan kelompoknya sendiri jadinya kadang-kadang jeruk makan jeruk.
Padahal kalo temen-temen bisa memahami tulisan baju di kaos anggota The Jak Mania “ Satu Jakarta Satu” itu artinya kita itu satu yaitu JAKMANIA.
Seandainya semua temen-temen bisa berpikir seperti analogi berikut ini pasti indah. Si Otong dari Korwil Jeruk Nipis (kecil tapi kecutnya mantab), Si Mamat dari Korwil Jeruk limau, Si Udin dari Korwil Jeruk Sunkis, Si Munaroh dari Korwil Jeruk Pomtianak. Jeruk-jeruk itu kalo di satuin dalam blender pasti enak banget dan bermanfaat buat kesehatan dan gak ada lagi yang namanya Jeruk Makan Jeruk, yang ada jus Jeruk yang enak dan bermanfaat. Berbeda itu harus, tapi wajib tetap menghargai

Leader for Yourself
Menjadi pemimpin itu gak harus mempunyai bawahan. Menjadi pemimpin itu diawali gimana cara kita memimpin diri kita. Di sini Gw belajar untuk menjadi pemimpin bagi diri Gw. Dalam situasi tertentu kita harus bisa mempimpiin diri pikiran dan tindakan kita. Contohnya ketika Gw harus mengontrol pengeluaran keuangan, gimana caranya dengan bisa mengesampingkan ego untuk beli ini itu biar uangnya bisa beli tiket buat nonton Persija. Lalu ketika ada seseorang digebukin karena “katanya” si tetangga sebelah padahal belum tentu bener yang digebukin tetangga sebelah.
Ketika kita menunjuk orang lain dengan sebuah jari telunjuk kea rah mukanya, seharusnya kita harus ingat bahwa ada 3 jari lagi (kelingking, jaris manis, dan jari tengah) yang menunjuk ke arah kita. Artinya lihat lah dirimu sebelum menunjuk orang lain . Dengan kata lain jadilah pemimpin bagi dirimu sebelum menjadi pemimpin untuk orang lain

Speak !!!!
Pernah ga sih ngeliat orang pinter atau serem banget tapi ngomong di depan orang banyak aja ga berani atau ngomong Tapi gemetaran ? Di sini Gw belajar untuk menjadi seseorang yang berani ngomong di depan orang banyak. Arti berani menurut Gw bukan hanya rebut paling depan atau berani menantang lawan. Tapi salah satu arti berani yaitu “ Bicara di depan orang banyak untuk kebaikan bersama”.
Gw seneng ngeliat temen-temen berani untuk ngomong di depan orang banyak, misalnya pada saat kumpul dan rapat sub korwil. Karena Gw yakin temen-temen semua bisa jadi orang besar ketika temen-temen berani ngomong di depan orang banyak. Hal ini lah yang Gw lakuin ketika ada kumpul The Jak Barrabravas Manggarai, semua sub korwil atau perwakilan anggota harus berani dan belajar ngomong di depan orang banyak. Contohnya Ewin Gondrong, pada saat awal-awal datang rapat kalo ngomong gemetaran dan gak berani natap mata tapi sekarang udah beda, dia berani ngonmong di depan orang banyak ‘khususnya di depan cw”

Tanggung Jawab
Punya jabatan dalam suatu organisasi bukan sebuah keberhasilan mutlak . Keberhasilan itu diraih kalo kita bisa melakukan tanggung jawab kita baik sebagai seorang anggota maupun pengurus. Disini Gw bisa belajar menjadi seorang yang bertanggung jawab dan Gw rasa teman-teman juga merasakan hal itu.. Misalnya gimana cara kita bertanggung jawab dalam mengelola uang kas, mengelola uang tiket, uang bis yang jumlahnya gak sedikit.
Seorang manajer di sebuah perusahaan mungkin hanya mempunyai karyawan sebanyak 50 orang. Tapi seorang korwil bisa mempunyai anggota lebih dari itu bahkan ratusan. Makanya kita harus seneng dan bangga ketika bisa belajar bertanggung jawab dalam mendukung Persija. Bukannya malah ngeluh “ ah repot ngapain sih ada laporan keuangan tiap nonton Persija, kita kan supporter bukan panpel”

Tulisan Gw di atas bukannya sesi curhat, tapi sebagai bentuk motivasi buat temen-temen bahwa sebenarnya kita mendukung Persija sambil Belajar. Bukan berarti belajar di pendidikan formil itu gak perlu, itu tetap perlu. Kita harus buktiiin bahwa mendukung Persija bersama The Jak Mania itu bukan hanya ribut atau ngejarah (seperti yang diberitakan di berbagai media), tetapi juga banyak sisi positifnya salah satunya yaitu BELAJAR.

Senin, 25 April 2011

Sampe Kapan Perseteruan Ini Berakhir


Kita pasti pernah liat perseteruan antara Pengurus-pengurus sepakbola Indonesia dengan Pengurus lainnya. Tetapi kita tak membicarakan itu, karena kita tak mungkin bisa memikirkan itu terlalu jauh. Lalu apa yang akan kita bahas? Yups, perseteruan antar sporter yang selalu memakan korban dan merugikan orang banyak yaitu perseteruan antara sporter The Jakmania pendukung dari Persija Jakarta dengan Viking pendukung dari Persib Bandung.

Perseteruan antar sporter ini sudah lama terjadi mulai dari tahun 2000 yang disebabkan dari hal sepele menjadi hal yang membesar dan membuat permusuhan ini menjadi abadi sampe sekarang. Mungkin dalam hati kita bertanya-tanya “Sampai kapan permusuhan ataupun perseteruhan ini selesai dengan damai?,” kalau menurut saya sebagai penulis, itu tergantung dari diri kita masing-masing yang bisa menyikapinya. Apakah kita bisa menyikapinya dengan jiwa Nasionalisme atau apakah kita menyikapinya dengan Emosional demi kepentingan pribadi.

Kalau menurut saya sebagai penulis, saya cukup bangga dengan pengurus-pengurus pusat The Jakmania maupun anggota-anggota The Jakmania pendukung dari Persija Jakarta. Kenapa ? Karena menurut saya pribadi The Jakmania lebih mementingkan Jiwa Nasionalisme dibanding Jiwa Emosional. Berbagai upaya telah dilakukannya untuk mencapai perdamaian. Yaa.. memang tak semua anggota-anggota The Jakmania berjiwa Nasionalisme, tapi Dari yang saya perhatikan di Stadion saat Persija Jakarta bertanding saya tak pernah lagi mendengar lagu-lagu rasis yang menjelek-jelekin sporter lain. Dan saya juga pernah melihat seorang anak The Jak yang membantu seorang bapak yang menggunakan kostum atribut Sporter Persib Bandung saat memperbaiki sepeda motornya yang lagi rusak di Jalan Raya Kota Jakarta.

Tapi mengapa sebaliknya saat saya melihat dan mendengar kabar bahwa ada seorang anak yang memakai baju Persija Jakarta di kota Bandung malah dipukuli sampai cedera total yang mengakibatkan anak tersebut menjadi cacat. Dan ada juga kendaraan-kendaraan yang berplat “B” dihancurkan, serta beberapa hal lagi yang membuat rugi orang banyak. Jika mereka mempunyai jiwa Nasionalisme maka mereka seharusnya tak berbuat anarki sperti itu. “Apakah kalian tak malu?” dan “Apakah kalian mau seperti ini terus?”. Mana Jiwa Nasionalisme-Mu wahai Viking.


Saya yakin jika kau (Viking) mau mengibarkan bendera perdamaian maka The Jakmania siap untuk berdamai dan berjabat tangan dengan Viking dalam suasana Nasionalisme pada Sepakbola kita. Janganlah kau malu untuk kita berdamai…!!! Dan ayolah kita berdamai dengan rasa cinta tanah air negeri Indonesia ini. Karena jika kau tak mau berdamai maka janganlah sebut dirimu anak bangsa Indonesia. Ingatlah Nasionalisme serta sejarah-sejarah Negara Republik Indonesia.

Kita seharusnya malu dong sama Pahlawan-pahlawan Indonesia yang sudah berjuang untuk mempersatukan bangsa Indonesia dan mengusir penjajah dari Negara ini!.

Benci Tapi Sayang

Kita semua gak bisa menutup mata kalo Persija lagi main di GBK banyak banget temen-temen kita “berwisata” di kawasan Senayan. Mereka pada umumnya hanya bernyanyi dan berjoget bersama. Ga hanya cowo, cewe pun juga banyak yang kaya gitu. Kadang timbul pertranyaan di dalam benak Gw, dan mungkin benak temen-temen juga. “Sebenarnya mereka niat ga sih mau nonton Persija”?, “Apa cuma mau jalan-jalan ke Senayan liat gedung-gedung bertingkat dan mencari hiburan semata”? atau mau cari duit?.
Kadang Gw juga ga ngerti dengan pola piker adek-adek kita. Kenapa Gw ga menyebut jali-jali seperti kebanyakan orang ? Ya, karena mereka yang hanya berwisata ke Senayan bukan hanya berasal dari simpatisan biasa tapi juga banyak kok yang berasal dari korwil-korwil resmi . Kita memang ga bisa menyalahkan korwil sepenuhnya atas kejadian ini, karena Gw melihat fenomena ini sudah menjalar lebar.
Mayoritas dari mereka punya jawaban kartu as kenapa ga nonton Persija di dalam stadion, yaitu karena ga punya duit. Sulit memang ketika masalah uang menjadi hambatan. Namun yang membuat Gw lucu. “Mabok punya duit tapi beli tiket ga punya duit”.Kadang kata fanatic memang rancu untuk ditafsirkan tergantung kepada persepsi seseorang. Tapi apa artinya fanatik buat Persija kalo tindakan yang kita lakukan hanya merugikan Persija?

Terdapat sebuah asumsi “ seseorang melakukan kesalahan, karena ga tau”. Ada mungkin temen-temen kita atau adek-adek kita yang ga tau akan suatu hal sehingga melakukan kesalahan. Misalnya membawa senjata tajam, membawa narkoba dan sebagainya. Menurut Gw ga ada salahnya kalo kita semua atau pengurus khususnya melakukan sosialiasi kepada gras root. Misalnya sosialiasi soal kepemilikan sajam yang bisa dikenakan UU Darurat No 12, lalu pasal 170 tentang pengroyokan dengan ancaman tujuh tahun penjara

Mungkin banyak temen-temen yang berpendapat “ Jadi supporter kok takut hukum?”,”Mending jadi penonton aja di rumah”. Tapi menurut Gw jadi supporter itu harus smart. Miris Gw kalo ada yang menjudge bahwa supporter itu kampungan dan gak berpendidikan. Ga ada salah nya kita menularkan pengetahuan untuk kebaikan bersama The Jak dan Persija. Asal jangan kelebihan yang kita miliki, kita digunakan untuk “menunggangi Jak Mania dan Persija untuk kepentingan pribadi kita” di atas pikiran sempit temen-temen kita
Kembali ke masalah adek-adek-adek kita. Memang terkadang adek-adek kita suka melakukan tindakan yang bisa merugikan Persija, seperti mau jebol pintu, berantem dan sebagainya. Tapi menurut. Gw tetep kita harus ngayomin mereka. Ga mudah memang, termasuk buat Gw. tetapi setidaknya ada hal yang harus kita ingat bahwa mereka adalah pendukung Persija yang nantinya akan menjadi penerus suatu saat nanti. Ga menutup kemungkinan salah satu diantara mereka muncul menjadi bintang Persija atau menjadi pengurus The Jak di kemudian hari.

Persija Jakarta memang seperti kota Jakarta

Persija Jakarta merupakan salah satu tim sepakbola yang ada di Indonesia, salah satu tim besar yang ada dan telah banyak mendapatkan prestasi dari awal berdirinya di tahun 1928. Persija merupakan tim yang bertempat di kota Jakarta yang dahulunya bernama Batavia. Perjalanan dari awal mungkin saya kurang tahu banyak mengenai Persija, namun belakangan ini Persija sering terjadi masalah pada tim dan kepengurusan Persija.
Jakarta, merupakan Ibukota Negara Republik Indonesia yang berpenduduk terbanyak dari kota-kota lainnya. Jakarta memiliki penduduk yang heterogen, dimana kota Jakarta banyak dihuni berbagai macam suku dan daerah bahkan mancanegara pun ada yang tinggal di kota Jakarta. Dari Heterogen yang ada didalamnya, tak luput juga masalah yang komplek dihadapi oleh kota Jakarta dari mulai Banjir, kemacetan, kepadatan penduduk dan lain sebagainya.

Saat ini mencoba sedikit mengartikan dan menyamakan keadaan Persija dan Kota Jakarta itu sendiri. Persija saat ini memiliki masalah yang kompleks dalam Tim untuk dapat menjadi Tim Profesional dan dapat di contoh oleh tim lainnya di Indonesia. Dari mulai kepemimpinan hingga regenerasi yang kurang baik pun terjadi disini. Sampai-sampai Persija banyak memakai pemain yang sudah jadi (instant) dalam mengarungi Kompetisi-kompetisi yang diikuti.
Kenapa saya samakan antara Persija dan Jakarta, karena keduanya memiliki kesamaan yang hamper mirip yaitu Heterogen dan Kompleks. Banyaknya suatu kelompok, suku, agama dan lainnya yang ada di Jakarta hamper sama yang dialami Persija Jakarta yaitu banyaknya elemen di tubuh Persija dan pendukung yang tidak hanya berasal dari Jakarta saja. saya lebih senang membahas tentang Tim kesayangan saya saat ini yaitu Persija Jakarta.

“kenapa sih Persija hanya sedikit menelurkan regenerasi yang keluar untuk tim ?”, wajar pertanyaan itu terlontar di akhir2 tahun ini. Tapi bila kita melihat di waktu2 lalu, Persija di huni banyak pemain didikan dari tim Junior Persija. bahkan menjadi lumbung pemain untuk menelurkan pemain Tim Nasional Indonesia. Tapi itu ketika Persija belum memiliki masalah yang kompleks seperti saat ini. Dari mulai infrastruktur, kebutuhan pemain, minimnya KKN di tingkat seleksi dan lain-lainnya.
Sekarang kita bandingkan beberapa tahun belakangan ini yang sangat seret dengan Regenerasi pemain muda. Ada apa dengan Persija Junior yang dibina oleh Tim-tim junior Persija ?, mungkin pertanyaan itu telah saya tulis pada sebuah blog (http://catatanpinggirlapangan.wordpress.com/2011/02/24/talenta-muda-berbakat-asal-dki-jakarta/) yang berjudul “Talenta Muda Berbakat asal DKI Jakarta” sebagai suatu pengalaman saja bagi saya yang sebenarnya banyak sekali pemain muda berbakat didikan kota Jakarta. Memang saat ini Persija sangat sulit menelurkan pemain berbakat akibat beberapa masalah yang ada pada internal Persija. tapi itu semua harus dibenahi dari mulai kepemimpinan kepengurusan Persija, Manajemen Tim yang baik, masalah regenerasi yang baik bahkan sikap dari para pendukungnya Jakmania harus kita tingkatkan lagi kedepannya.

Karena Persija sama dengan kota Jakarta yang memiliki keanekaragaman yang tidak dimiliki oleh klub lain. Keanekaragaman ini yang harus kita atur sedemikian rupa sehingga Persija dapat menjadi tim terbaik yang ada di Indonesia dan dapat menjadi percontohan bagi tim lainnya di Indonesia. Dengan memiliki pimpinan yang kualitas baik, Manajemen yang baik, sporter yang juga memiliki sikap kedwasaan semoga kedepannya Persija Juara dan dapat menjadi lumbung pemain berbakat di tanah air yang berasal dari tanah Jakarta dengan system seleksi pemain yang bersih tanpa KKN.

Kemajuan Persija harus disertai dan didukung oleh seluruh elemen yang ada di Persija termasuk Sporternya yaitu Jakmania. tak hanya militan dengan mendukung Persija, tapi turut membantu tim untuk menjadi Juara yang hakiki. Membantu Persija tidak hanya dengan suatu hal/materi yang besar saja, namun apapun demi kebaikan Persija kita patut mendukungnya. Sebagai contoh, tertib ketika menonton jalannya pertandingan, menerima dengan tulus apabila terjadi kekalahan dan tidak membuat rusuh. Itu saja mungkin anda sudah membantu Persija, karena bila anda bersifat anarki, rusuh dan lainnya maka yang rugi adalah Tim kesayangan anda yaitu Persija. ataupun seperti Bung Ferry (Ast. Man. Persija saat ini) bilang dengan membuat suatu logo yang ditempelkan pada merchandise Persija dimana keuntungan dari logo tersebut diberikan untuk Persija dan masih banyak lagi mungkin bila kita ingin ikut andil untuk kemajuan Persija.
Karena Persija adalah tim yang kompleks sama dengan kotanya yaitu Jakarta. Ayo Jak, dari mana pun asal kalian, dari suku manapun kalian, komunitas apapun kalian, dari mulai pengurus sampai hanya Pecinta Persija biasa, mari kita tunjukan bahwa kita bisa membantu Persija, karena tujuan kita ini satu yaitu Persija Juara, Juara yang Hakiki. Bagaimanapun cara kalian asalkan itu positif dan menguntungkan buat Persija ayo kita lakukan hanya untuk Persija.

Satu Jakarta Satu...
Forza Persija…
free counters