Jumat, 21 Januari 2011

Jangan Bunuh Kompetisi Sepak Bola Indonesia

Oleh : Sonny Maramis Mingkid (Jakantor Community)

Kompetisi Sepak Bola yang baik akan melahirkan tim tim nasional (timnas) yang tangguh. Benarkah? Boleh percaya atau boleh tidak percaya. Yang pasti, hanya dengan kompetisi yang baiklah bakal lahir pemain – pemain hebat. Lihat saja kompetisi – kompetisi di benua Eropa, Liga Premier League Inggris, Liga Primera Spanyol dan Seri A di Italia telah menjelma menjadi kompetisi yang sehat dan Profesional. Jadwal yang teratur, regulasinya yang ketat dan pemain – pemainya yang Disiplin. Klub – Klub pesertanya pun dikelola dengan manajemen yang baik.

Muara dari kompetisi seperti itulah adalah menciptakan Prestasi. Lihat saja bagaimana klub – klub dari Negara Inggris, Spanyol dan Italia mendominasi pentas Sepak Bola Eropa dan bahkan tingkat dunia Internasional. Dari sis bisnis, klub – klub raksasa dari tiga Negara itu bak mesin uang yang terus menghasilkan.

Tidak perlu jauh – jauh memandang ke benua biru. Tengok saja sukses negeri jiran kita, Malaysia. Sukses Harimau Malaysia menjadi juara Piala AFF tahun 2010 tidak bisa dilepaskan dari kompetisi dalam negerinya yang dijalankan secara Profesional. Malaysia punya kompetisi Malaysian Super League (MSL), Kompetisi ini punya dua level :

1.) Super League = kasta yang tertinggi yang diikuti 14 klub.
2.) Primier League = kasta dibawah Super League yang diikuti 12 klub.

Selain kompetisi regular, Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) memiliki beberapa even lain :

1.) Even FA Cup
2.) President Cup
3.) FAM Cup
4.) Malaysia Cup

Total ada sekitar seribu pertandingan yang melibatkan klub – klub Malaysia dalam setahun. Itu menjadi ajang yang efektif untuk kemajuan prestasi di klub – klub Negara Malaysia. Semakin banyak bertanding akan menggembleng kemampuan pemain tersebut. Mereka terbiasa merasakan atmosfer pertandingan. Ya ujung – ujungnya kemampuan teknis para pemain Negara Malaysia meningkat secara Psikologis, mental bertanding mereka teruji. Ditambah dengan pembinaan pemain usia muda yang bagus plus kebijakan larangan pemain asing ikut kompetisi – kompetisi di Negara Malaysia. Sepak Bola Malaysia mulai menuai hasil . Selain hasil menjuarai Piala AFF tahun 2010, Harimau Malaysia lebih dulu sukses menggondol medali emas Sepak Bola di Sea Games Laos. Ingat di Sea Games Laos tersebut timnas Indonesia bahkan tidak lolos dalam fase penyisihan grup? Malaysia juga menembus putaran kedua pada Asian Games 2010 di Guangzhou China. Pencapaian terbaik Negara Malaysia selama dari dua decade terakhir.

Kompetisi yang teratur dan dikelola secara sehat membuat Negara Malaysia tak lagi kesulitan mendapatkan pemain – pemain muda nan hebat. Sebanyak 14 di antara 22 pemain anggota timnas Malaysia di Piala AFF tahun 2010 masih berusia di bawah 23 tahun. Secara usia mereka memang masih belia. Namun skill dan mental mereka telah teruji di Kompetisi dalam negeri mereka yang bagus. Wajar bila Sepak Bola Malaysia begitu cerah. Mereka pun begitu percaya diri dalam membidik prestasi yang lebih tinggi.

BAGAIMANA DENGAN NEGARA INDONESIA ?

Kalau Negara Malaysia punya kompetisi MSL ….. Indonesia memiliki kompetisi ISL (Indonesia Super League), Kompetisi yang diklaim sebagai yang terbaik di tanah air Indonesia. Tidak sembarang klub boleh ikut Indonesia Super League. Hanya klub – klub yang memenuhi verifikasi PT Liga Indonesia (LI) yang bisa berkiprah di kompetisi yang belum genap berumur lima tahun itu. Kondisi Stadion, Keuangan klub dan materi Pemain menjadi aspek yang diperhitungkan.

PSSI pun mengklaim Indonesia Super League adalah kompetisi terbaik nomor delapan di benua Asia dan yang paling terbaik di Asia Tenggara. Sayang, itu belum berimbas pada Prestasi timnas Indonesia. Timnas Indonesia bahkan tidak mampu untuk sekadar menjadi nomor satu di Negara Asia Tenggara. Sepak Bola Indonesia tak lagi menjadi yang terbaik di pentas Sea Games sejak tahun 1991. Skuad Merah Putih juga selalu gagal dalam empat kali kesempatan tampil di Final Piala AFF. Sementara itu klub – klub Indonesia lebih sering menjadi bulan bulanan ketika tampil di pentas Asia.

Ingat, timnas yang tangguh hanya lahir dari Kompetisi yang baik. Kalau Kiprah timnas Indonesia jeblok tentu ada yang salah dalam kompetisi di negeri Indonesia. Sistem dan regulasinya mungkin sudah oke tapi pratiknya masih jauh dari harapan. Jadwal pertandingan sering berubah sewaktu – waktu. Verifikasi dilakukan setengah hati. Kinerja petugas pertandingan memble. Pemain tak menghiraukan aturan dan bermain kasar. Lebih parah lagi, format kompetisi sering diganti ganti semau pengurus Pusat PSSI.

Karut – marut kompetisi Indonesia tidak lepas dari campur tangan Pengurus PSSI. Memang ada PT Liga Indonesia selaku pengelola kompetisi. Namun masih ada PSSI sebagai pemilik saham mayoritas di PT Liga Indonesia. Pengurus Pusat PSSI bisa saja membuat aturan dan system yang baik tapi semua catatan baik yang disusun rapi dalam Manual Liga itu dengan mudah dapat dimentahkan oleh Pengurus Pusat PSSI. Ketika liga menentukan format promosi degradasi, eh Pengurus Pusat PSSI menganulirnya. Ketika Komisi Disiplin PSSI menghukum klub atau pemain yang salah, eh Ketua Umum PSSI (Nurdin Halid) yang membatalkannya. Wajah kompetisi Indonesia pun amburadul.

Kesemerawutan itu menjadi salah satu pemantik lahirnya Liga Primer Indonesia (LPI). Para penggagas LPI mengklaim kompetisi Liga Primer Indonesia bakal di ikuti 19 klub dan siap digulirkan pada tanggal 8 Januari 2011. Pengurus Liga Primer Indonesia mengusung konsep yang bagus. Salah satunya adalah membuat klub mandiri, terbebas dari mental pengemis yang selalu mengharapkan kucuran uang Negara (APBD), Liga Primer Indonesia juga menjanjikan atmosfer kompetisi yang fair.

Mayoritas peserta Liga Primer Indonesia memang klub anyar. Namun ada pula klub lama yang dahulu berkiprah di kompetisi yang dikelola PSSI (Liga Super Indonesia). Pembelotan mereka ke Liga Primer Indonesia tak bisa dimungkiri adalah buah dari kekecewaan terhadap PSSI. Karena itu PSSI seharusnya berkaca dan introspeksi diri untuk menyikapi lahirnya Liga Primer Indonesia (LPI). Tidak malah murka dan main ancaman.

Marah – marah dan gertak sana sini tidak akan menyelesaikan masalah. Klub – Klub pun tak lagi takut. Bukan tidak mungkin akan semakin banyak klub – klub yang kecewa terhadap PSSI dan meninggalkan Organisasi yang sekarang ini dipimpin mantan narapidana kelas kakap dunia (Nurdin Halid). Kalau sudah begitu PSSI sendiri yang bakal malu dan rugi. Biarkan saja Liga Primer Indonesia (LPI) bergulir. PSSI tidak akan rugi!!! Malu mungkin iya. Tapi sekali lagi PSSI sama sekali tidak akan rugi bila Liga Primer Indonesia (LPI) bergulir.

PSSI toh tidak mengeluarkan dana untuk klub – klub peserta Liga Primer Indonesia (LPI). Anggaran untuk setiap kontestan yang besarnya Rp. 10 miliar sampai Rp. 30 miliar ditanggung oleh konsorsium Liga Primer Indonesia (LPI). Pundi – Pundi penghasilan PSSI juga tak terusik dengan lahirnya Liga Primer Indonesia (LPI). PSSI masih akan terus menerima hibah dari FIFA yang besarnya Miliaran Rupiah setiap tahun. Jadi apa sesungguhnya Pengurus Pusat PSSI yang kebakaran jenggot?

Saya membayangkan PSSI dengan besar hati dan legawa memberikan lampu hijau untuk Liga Primer Indonesia (LPI). Jjaran petinggi PSSI pun mau hadir saat kick koff Liga Primer Indonesia (LPI) di Stadion Mnahan Solo pada hari Sabtu tanggal 8 Januari 2011 yang kemungkinan besar akan dibuka Bapak Presiden Republik Indonesia (Bapak SBY). Bukankah kalau Sepak Bola di negeri Indonesia tambah semarak PSSI juga gembira???

Liga Primer Indonesia (LPI) mungkin saja tidak berjalan sesuai dengan harapan. Namun jangan serta merta dimatikan. Spirit dari Liga Primer Indonesia (LPI) adalah Kompetisi. Demikian halnya dengan Liga Super Indonesia (LSI) yang dikelola oleh PSSI. Karena itu biarlah saja Liga Primer Indonesia (LPI) hidup untuk menyemarakkan atmosfer Sepak Bola Indonesia di negeri Indonesia. Biarkan pemain menentukan pilihan ikut Liga Primer Indonesia atau Liga Super Indonesia. Jangan lantas diancam bakal dicekal dari timnas Indonesia. Biarkan pelatih memilih. Menangani klub Liga Super Indonesia atau gabung Liga Primer Indonesia. Jangan malah diancam bakal dicabut lisensinya. Biarkan pemain asing memilih klub yang dibelanya. Jangan justru ditakut – takuti bakal dideportasi. Biarkan pencinta bola memilih mau nonton Liga Super Indonesia atau Liga Primer Indonesia.

Kompetisi yang baik bakal melahirkan pemain – pemain yang hebat. Kalau Kompetisi di Indonesia tambah dengan baik, PSSI juga yang akan menuai hasil. Kalau ada pemain baik di Liga Super Indonesia ambil saja. Kalau ada pemain hebat di Liga Primer Indonesia panggil saja ke timnas Indonesia. Siapa tahu timnas Indonesia menjadi semakin tangguh dan mampu mengakhiri paceklik gelar yang sudah berjalan sekian lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

free counters