Jumat, 25 November 2011

Persija.. Aku Rindu

Kasus dualisme yang menimpa Persija Jakarta tak kunjung usai.. Jadwal Liga pun tak jua menemukan kata sepakat antara Klub dan PSSI , tak jelasnya kompetisi sepakbola kasta tertinggi yang akan bergulir di negeri ini semakin menambah carut marut sepakbola yang kucinta. Hasilnya.. aku tak tau kapan aku bisa kembali menyaksikan sang macan kemayoran berlaga..

Siang itu aku melangkahkan kaki di area SUGBK Senayan Jakarta. Semilir angin menemani tiap alunan langkahku.. Entah mengapa aku berjalan ke area stadion padahal tak ada apa-apa disana.. Sepi.. hanya ada satu dua orang yang lalu lalang. Aku pun duduk di trotoar tepat di depan pintu merah. aku meluruskan kaki dan aku tergoda untuk memejamkan mata.



Entah mengapa dan itu akhirnya ku lakukan. Mungkin ini yang dinamakan fatamorgana. Dalam bayanganku stadion yang sepi itu mendadak jadi gegap gempita. tabuhan drum dan sorakan ala Jakmania memenuhi kepalaku. Massa berbaju oren pun ikut hadir disana lengkap dengan atribut serta canda tawa bahagia. Aku berusaha untuk menyadarkan diriku tapi aku justru semakin terseret kedalamnya.. Pertandingan itu terasa sebagai suatu hal yang nyata..


Aku benar-benar seperti merasakan ada sebuah pertandingan Persija disana. Warna oren terlihat dimana-mana, kibaran syal di setiap bahu seperti panggilan untuk ikut bergabung bersama mereka. Dalam benakku aku pun tergoda untuk masuk kedalam "fatamorgana" itu. Aku pun melangkah jauh memasuki stadion.. Ahh.. aku menemukan euforia itu disana.. teriakan para suporter membahana.. PER.. SI.. JA.. .Lengkingan terompet memenuhi udara... Sungguh aku seperti menemukan permata yang kupikir akan hilang selamanya..


Dan aku pun meneteskan airmata.. "Gila!!! ini Gila!!!" makiku dalam hati. Aku pun segera membuka mata dan tersadar. "Apa-apaan ini.. khayalan gila yang membuatku meneteskan air mata!! Cengeng!!!" Sontak aku marah pada diriku sendiri. Apa sih yang sebenarnya ku lakukan disini??!!! Aku mengedarkan pandang ke sekelilingku. SEPI!!! tak ada suporter Persija berbaju oren disana.. tak ada gemuruh dan teriakan PER..SI.. JA.. seperti yang tadi kubayangkan.. tak ada tabuhan drum.. tak ada lengkingan terompet,, TAK ADA sekali lagi TAK ADA.

Aku bergegas bangkit dan berjalan menjauhi stadion.. Sayup-sayup dari kejauhan aku kembali mendengar tabuhan Drum dan sebuah nyanyian.. Aku menghentikan langkahku dan menajamkan telingaku.. Ya.. aku mendengarnya.. Sontak aku mengedarkan pandanganku.. tak ada siapa-siapa kawan..


Tiba-tiba aku merasakan ketakutan .. Aku pun mempercepat langkahku.. Nyanyian dan tabuhan Drum itu masih terdengar di telingaku..

Hari ini ku tinggal pekerjaan... Siap-siap tuk' nonton Pertandingan..

Orang bilang aku ini kesurupan.. Demi Persija Apapun kulakukan..

Persija Jakarta o..o..o.. Persija Jakarta o..o..o..

Aku berjalan semakin jauh meninggalkan area stadion.. perlahan-lahan suara nyanyian itu pun menjauh.. menjauh.. dan semakin menjauh.. lalu menghilang... dan aku kembali meneteskan air mata..

Sungguh aku rindu.. aku rindu euforia itu.. aku rindu sorak kemenangan itu.. aku rindu teriakan dan tatapan penuh kekecewaan itu.. aku rindu saling berangkulan bahu dan berlompat-lompatan bersama... aku rindu menyanyi dan berteriak dengan iringan tabuhan drum.. aku rindu dengan nyala RF dan asap smoke bomb.. aku rindu melihat lautan oranye di GBK.. Aku rindu... Dan dalam benakku nyanyian itu pun kembali mengalun....

Persija Jakarta o..o..o.. Persija Jakarta o..o..o.. ( JO- Viskana Ratputri Iskandar )

Persija.. Aku Rindu... #SavePersija

Tunjukkan yang benar itu Benar !

Cerita ini bermula ketika kejujuran dikalahkan kekuasaan. Ketika kebenaran tertimbun materi. Dan ketika sepakbola dijadikan bisnis oleh para petingginya. Persija Jakarta. Siapa yang tak kenal tim kebanggan Ibukota yang satu ini. Tim yang telah memiliki sejarah sejak tahun 1928. Tim berjuluk Macan Kemayoran, kebanggaan sekelompok manusia yang menamakan diri mereka The Jakmania. Saat ini, tim itu sedang tertimpa masalah. Masalah yang entah kapan terungkap kebenarannya. Hadi Basalamah. Seorang yang telah mengusik Macan kami. Yang telah mengganggu, dan kini ia merebut paksa Macan itu dari kami. Dualisme Persija. Masalah yang datang seiring dengan pergantian kepengurusan PSSI yang baru, musim kompetisi 2012 ini.
Ya, musim ini ada 2 PT yang mendaftar sebagai administrator Persija. PT. Persija Jaya Jakarta yang dipimpin Ferry Paulus dan PT. Persija Jaya yang di akui oleh Hadi Basalamah.

Kita semua tentu tahu, mana pihak yang benar. Pihak yang professional dan tentunya pihak yang resmi. Seperti yang kita ketahui bersama, Ferry Paulus adalah Ketua Umum Persija periode 2011-2015.

Dan itu berarti, Ferry Paulus lah yang berhak mengelola Persija musim ini. Tetapi, apa nyatanya? PSSI yang menentukan hasil verifikasi Persija seakan dibutakan oleh hal-hal yang berbau kekuasaan, materi, dan tak jauh dari bisnis. Seperti yang sudah saya katakan di awal paragraph tadi.

PSSI telah mengeluarkan keputusan ‘sepihak’ yang menentukan bahwa PT. Persija Jaya pimpinan Hadi Basalamah lah yang memenangkan verikasi. Merekalah yang akan memimpin Persija musim ini. Keputusan ini bagai petir di siang bolong. Berbagai pertanyaan pun timbul. Amarah dan emosi mulai tersimpan dalam dada. Dari segi manakah PSSI menilai? Dari segi manakah ‘kemenangan’ mereka? Sesungguhnya, hanya mereka yang tahu jawabannya.

Saya masih tak habis pikir, PT. Persija Jaya yang sampai detik saat saya menulis artikel ini, belum jelas siapa pemain-pemainnya, belum jelas siapa pelatih dan pengurusnya. Belum dan tidak dikenal masyarakat Jakarta. Tetapi, mengapa mereka yang lolos? (maksud saya, diloloskan).

Padahal Persija yang selama ini kita kenal adalah Persija yang telah memiliki sejarah dari dulu. Persija yang pernah menjadi juara Liga tahun 2001. Persija yang didukung oleh supporter militannya, The Jakmania. Persija yang didalamnya ada Bambang Pamungkas sebagai kapten kesebelasan. Persija yang sah, tanpa ada kebohongan dan rekayasa. Bukan Persija yang pemain-pemainnya diambil dari Liga 1 musim yang lalu. Liga baru, yang tak memiliki sejarah.

Yang ingin saya ungkap disini adalah, dimanakah hati nurani para petinggi-petinggi itu? Apakah sebenarnya mereka sadar yang mereka lakukan telah merugikan banyak pihak? Membuat gundah, marah, dan gelisah. Kami, disini, tak akan pernah tinggal diam. Tak akan pernah membiarkan Macan kami direbut begitu saja oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Pihak yang hanya mementingkan diri sendiri. Pihak, yang kami tau, tak sama sekali mencintai Persija kami. Hanya berkelakuan seolah-olah ia begitu mencintai kesebelasan ini, padahal tersimpan maksud dibalik semua itu. Suatu kebohongan belaka.

Jika PSSI tak bisa lagi merubah keputusan itu, jangan salahkan kami yang akan mulai bertindak sedikit keras. Dan jangan juga salahkan kami, jika kami akan mendukung Persija dengan cara kami sendiri. Mungkin musim ini, tak ada lagi nyanyian-nyanyian The Jakmania, tak ada lagi keceriaan di sudut-sudut Gelora Bung Karno, tak ada lagi semangat-semangat yang membara mendukung Tim kebanggaan kami berlaga, tak ada lagi canda tawa yang tercipta.
Karena sesungguhnya, penunggu-penunggu tribun yang begitu mencintai Persija itu sedang dilanda kegundahan. Kami, tak akan mungkin mendukung Persija yang lain. Yang tak ada Ismed Sofyan dan Bambang Pamungkas. Jadi, biarkan kami mendukung Persija dengan cara kami sendiri, jika kalian para petinggi yang terhormat, masih tetap yakin dengan keputusan yang menurut kalian benar, entah dinilai dari segi mananya.

Bukankah kalian yang akan merugi? Jika pertandingan yang akan Persija lewati di Gelora Bung Karno nanti, tak akan ditonton warga Jakarta yang katanya memiliki Persija. Bukankah kalian yang akan malu? Jika tim kalian terseok-seok mengarungi Liga musim ini, dengan pemain-pemain dadakan, yang diambil dari kompetisi seumur jagung, yang hanya berjalan setengah musim, dan bahkan tak ada pemenangnya.

Sudah seburuk inikah sepak bola yang ada di Indonesia? Sudah separah inikah para pengurus-pengurus sepak bola negeri ini? Tidak kah lagi mereka memiliki perasaan? Sampai kebenaran pun rasanya susah sekali terungkap. Hanya karena materi. Hanya karena kekuasaan yang lebih tinggi. Apakah tak ada lagi yang bisa menjunjung tinggi kejujuran dan professionalisme? Sungguh, miris sekali bangsa ini, memiliki para pemimpin seperti mereka.

Jika ini yang mereka mau, mari kawan, kita rapatkan barisan. Untuk membantu temukan kebenaran. Dan jangan biarkan kebohongan ini terus berjalan. Sesungguhnya, Persija butuh kepastian. Dan tak akan kami biarkan Macan kami terlantar. Tak akan kami tinggal diam dan pasrah menunggu keputusan. Semua tahu, keadilan harus ditegakkan. Dan kami yakin, cepat atau lambat, kebenaran akan terungkap. Yang benar akan keluar sebagai pemenang.

Saya, hanya seorang siswi dari salah satu SMP Negeri di Jakarta, yang ingin menyampaikan segalanya yang ada dalam benak saya melalui artikel ini. Maaf, jika mungkin ada kata-kata saya ada yang salah dan kurang berkenan. Tetapi semua yang saya tulis ini dari hati terdalam, demi kemajuan sepak bola Indonesia dan demi menyelamatkan Sang Macan dari mereka yang telah kehilangan hati nuraninya.

Keep the spirit up! And you never walk alone, Persija Jakarta.
Rapatkan barisan dan teriakkan dengan lantang,
#SavePersija!

SINETRON VERSI PSSI !!!

Mungkin judul artikel ini sangat pas untuk organisasi sepakbola kita saat ini. Organisasi sepakbola negeri ini sangat merindukan pemimipin yang mengerti akan bagaimana kepentingan sepakbola dan para pecinta sepakbola di Negeri ini untuk mendapatkan prestasi yang bagus dan dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, bukan memikirkan kepentingan pribadi. Begitu banyak kongres luar biasa yang telah dilakukan PSSI namun hasilnya tidak seperti namanya yang luar biasa, tetapi yang dihasilkan orang-orang yang memimpin PSSI adalah pemimpin yang berpendidikan di sekolah luar biasa, begitulah organisasi yang katanya mempunyai aturan-aturan dan pasal-pasal yang mereka sering sebut dengan statuta PSSI, namun aturan yang mereka buat tidak sesuai dengan apa yang mereka kerjakan, bahkan lebih gilanya lagi statuta FIFA yang merupakan induk persatuan sepakbola dunia pun mereka bantai habis dengan melanggarnya, masih menjadi pengurus organisasi kecil saja sudah bikin ulah, apalagi mereka menjabat menjadi pengurus FIFA, habislah sepakbola dunia ini dan yang ada hanya tinggal kenangan saja. Namun, apapun yang terjadi kami tetap janji dan selalu membuktikan mendukung bola Negeri ini, politik berkelahi saling caci maki, bagi kami FOOTBALL FOR UNITY!.

Berbicara tentang PSSI mungkin tidak ada habisnya, bahkan bila menjadi film atau sinetron, film ini akan mengalahkan sinetron-sinetron yang sudah ada di stasiun televesi. Hampir setiap hari, tidak megenal waktu, mau siang ataupun malam, media massa selalu memberitakan yang bertema dengan masalah PSSI. Masih ingat dalam ingatan kita, kekisruhan dan ketidakadilan terjadi dalam PSSI di bawah pimpinan Nurdin Halid, para pengurus PSSI langsung menjadi selebritis dadakan yang dimuat di koran sobek dan televesi rusak, dan yang menjadi aktor dan aktris utamanya adalah Nurdin Halid dan Nugraha Besoes. Sebenarnya apa yang mereka cari di PSSI? Apakah mencari uang demi sesuap nasi? Apakah ingin menjadi orang terkenal? Atau bahkan mereka hanya mencari ribut dengan orang-orang militan (SUPPORTER) di Negeri ini? Bukan begitu caranya bapak-bapak yang berintelektual dari Somalia.

Seketika itu juga para Supporter sepakbola seluruh Indonesia bersatu untuk menghentikan perbuatan yang dapat merugikan sepakbola. Semua supporter dari Sabang sampai Merauke, dari orang yang tidak tahu apa-apa tentang sepakbola dan yang tahu sepakbola meneriakkan hal yang sama, berbaur menjadi satu hati satu jiwa dan satu suara yaitu REVOLUSI PSSI!

Dengan mengeluarkan waktu dan tenaga yang melebihi maksimal, para supporter pun tidak henti-hentinya menyerbu kantor PSSI di Senayan untuk menegakkan kebenaran. Akhirnya keinginan seluruh pecinta sepakbola di Negeri ini dapat terwujud dengan rasa tidak terhormat NH pun turun setelah semua elemen pecinta sepakbola di Negeri ini susah payah untuk menurunkan NH yang keras kepala ini, dan ketika itu pula secercah harapan dan mimpi kita akan prestasi sepakbola Negeri ini sudah di depan mata. PSSI langsung mengadakan kongres luar biasa, walaupun jalannya kongres ini juga penuh kekisruhan, aneh memang jika kita lihat PSSI ini, kinerja mereka selalu ribut terus makanya pantas saja jika para pemain sepakbola di Negeri ini selalu berkelahi di lapangan, mereka semua mengikuti kebiasaan PSSI, yah maklumlah namanya juga orang-orang tak bermoral masuk dalam kepengurusan, ah lupakan sajalah dan kubur dalam-dalam kebiasaan buruk mereka itu.

Djohar Arifin pun terpilih menggantikan NH melalui kongres luar biasa PSSI di Solo, dan kita semua pun berharap pada pemimpin baru ini akan membawa prestasi yang cukup bagus dan baik untuk sepakbola Negeri ini, semua harapan dan mimpi kita berada di pundak Djohar. Semua struktur kepengurusan pun dirombak total dengan muka baru, berakhirlah penderitaan sepakbola Negeri ini dari kedzaliman NH dan kawan-kawan.

Namun, semua mimpi kita sepertinya tidak bakal terwujud, malah kalau boleh jujur, SEPAKBOLA NEGERI INI AKAN HANCUR DIBAWAH PIMPINAN DJOHAR ARIFIN. Kita lihat saja bagaimana kinerja beliau, mulai dari mengganti coach Alfred Riedl, padahal seperti kita tahu selama ini, coach Riedl ini sangat bagus kerjanya, dia dapat memberikan warna dalam permainan timnas kita, tegas, dan selalu disiplin, namun tidak tahu kenapa orang dzalim baru ini dengan semena-mena memecat secara tidak hormat coach Riedl dengan alasan kontrak. Secara akal sehat kan bisa kita pikirkan, kalau memang Coach AR bagus kenapa tidak dilanjutkan saja kalau memecat karena hanya masalah kontrak, buktinya ketika Piala AFF kemarin, warga Indonesia sangat terhibur dengan permainan para pemain Timnas kita. Terbukti, kesalahan fatal yang dilakukan DA, Timnas Garuda saat ini terseok-seok dan rasa kekeluargaan diantara para pemain agak sedikit terganggu. Kalau seperti ini, mau siapa yang disalahkan?? Masa penonton yang menyalakan kembang api mau disalahin, itu kan semua dilakukan akibat kekecewaan kami atas kinerja PSS.

Selanjutnya, yang paling fatal dan benar-benar dzalim yang dilakukan PSSI jilid Djohar adalah secara tidak masuk akal sehat kita dalam memutuskan dan menyelesaikan masalah dualisme dalam Persija Jakarta, dengan bangganya PSSI menunjuk kubu HB (PT.Persija Jaya) sebagai administrator dan pengelola tim Persija Jakarta musim ini.

Padahal yang seperti kita tahu dan merupakan fakta adalah Bapak Ferri Paulus adalah Ketua Umum Persija yang terpilih dalam Rapat Umum Anggota Persija 30 Juli lalu sebagai pengelola Tim Persija Jakarta musim ini yang sah dan tidak bisa diganggu gugat dibawah naungan PT. Persija Jaya Jakarta. Coba kita bayangkan, suara 90 poin yang dimiliki FP bisa dikalahkan oleh HB yang hanya mendapatkan 11 poin suara dalam Rapat Umum Anggota Persija, jelas sudah diluar akal sehat manusia, PSSI bisa memutuskan hal seperti ini. Apa yang mereka pertimbangkan dalam memutuskan hal ini! Layaknya seperti sinetron saja, semua pemain bisa diatur sesuai keinginan mereka. Ya seperti inilah jika sepakbola sudah dicampur aduk dengan politik dan kepentigan pribadi, apapun bisa terjadi walaupun sangat tidak masuk akal.

Masalah peserta tim yang berlaga di ISL juga menjadi sorotan publik, masa tim yang sudah degradasi dan sudah berselingkuh dengan ISL bisa masuk secara cuma-Cuma seperti sedang buang air kecil di bawah pohon. Percuma saja selama ini semua tim ISL bersaing untuk bertahan di kompetisi tertinggi di Negeri ini, kalau pada akhirnya seperti ini, seperti anak kecil yang sedang bermain sepakbola di Playstation, dengan mudahnya memasukkan tim dengan 10 jari tangan tanpa ada yang didegradasi dan lebih lebih fatalnya lagi bila terjadi dan pasti peserta ISL ada 24 tim! Wow dahsyat dan terdengar agak banyak gila pengurus saat ini.

Bisa dibayangkan, ada berapa pertandingan yang akan dijalankan, ada berapa pertandingan dalam seminggu, berapa hari masa istirahat pemain kita untuk dapat bertahan di liga ini yang akan bertanding dengan waktu singkat dengan tujuan dari ujung barat hingga timur Negeri ini, akankah sanggup tim-tim membiayai semua ini, bagaimana jika ada salah satu tim yang bangkrut ditengah jalan akibat kompetisi panjang ini, dan yang paling penting adalah berapa tahun kompetisi ini akan berjalan, yang 18 tim musim lalu saja hampir setahun untuk bisa mendapat juara, dan masih banyak lagi sisi negatifnya kalau kita pikir panjang kedepan. Kita tunggu saja tanggal mainnya dari sinetron versi PSSI ini. Kami sebagai supporter sangat berharap kalau kedepannya PSSI bisa memutuskan suaatu permasalahan secara akal sehat dan kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadi dan kepentingan politik.

KAMI AKAN SELALU MENERIAKKAN BAHWA “REVOLUSI BELUM BERHENTI” HINGGA TEGAKNYA KEBENARAN DALAM SEPAKBOLA NEGERI INI. JANGAN HANCURKAN PERSIJA KAMI, PERSIJA ADALAH KAMI !!! .

Diam lalu tertindas dan terus ditindas atau berpikir lalu bergerak dan beraksi untuk bangkit melawan ketidakadilan ini ???

REVOLUSI BELUM BERHENTI!!!
( OREN DEPSOS )

Ulat Bulu Serit Dari Senayan

“Gue Cuma takut aje Bang, kalo nantinye pemain yang sekarang pade mencar gara – gara urusan dualisme. Ini udah sebagian mimpi gue dari kecil. Masa harus pupus gara – gara beginian” tutur seorang kawan selesai ia berlatih tepat dihari ulang tahunnya.

Ok, selamat pagi kawan. Masih semangat hari ini? Sepertinya kita memang sudah menikah siri dengan tekhnologi pengumbar aib serta komunikasi nyinyir. Dan jujur saja, itu tidak baik. Tapi memang tidak dapat dipungkuri, mereka (tekhnologi tersebut) memberikan kenikmatan tersendiri.

Siap dah..yuk mulai yuk!

Sore kemarin di paru-paru Jakarta banyak gerombolan “Robot” berkumpul untuk meneriakkan suaranya. Ya..Kami memang robot. Robot dengan nurani. Karena robot tak pernah merasa lapar. Robot dengan chip hati ternyata masih lebih baik kan?

Sebenarnya mungkin hanya sebagian dari kami yang mengerti arti kata “Kekisruhan”. Selebihnya, mohon maaf… mungkin hanya mengkhawatirkan kebanggaannya tidak bisa bertanding dengan pasukan terbaik dalam menjelajah liga rimba sepakbola negeri ini. Bisa dibilang hanya takut Tim nya bertempur dengan squad level terendah. Ini saya bicara atas survey sms yang masuk loh.. 

Secara pribadi saya hanya memimpikan “Persija dapat berjalan selayaknya berjalan”. Tidak perlu lari, karena tidak ada yang mampu mengejar. Biarlah darah – darah semangat Muhammad Husni Thamrin terus menyusup tiap pori–pori generasi muda. Bukan dengan kultur “soft drink beku 24 jam”. Buka lagi kenapa ada Persija? Ya, ini bentuk perlawanan terhadap dominasi penjajah pada waktu itu. Nah, jika ditarik garis lurusnya.. sepertinya belum akan basi niat tersebut. Tidak bisa dipungkiri Budaya Instan sangat melekat dalam identitas generasi sekarang. Apa mau dibiarkan budaya ini akan otomatis menjadi kultur? Instan karena punya uang. Instan karena punya kuasa. Ya memang ada pribahasa ”Sejarah Ditulis Oleh Pemenang”.

Tidak etis mengurutkan satu demi satu kusyuuuutnya Tim Ibukota ini. Toh, dengan mudah dan gratis kita bisa mendapatkan informasinya. Asal, Jangan Manja! Jika saya pernah berkicau Tim Ibukota ibarat Generator. Maka mari sama–sama menjadi turbinnya. Yang kita bela toh bukan personal. Yang kita tolak juga bukan personal. Jalan saja selayaknya berjalan. Toh kita juga liat roda ini berputar. Tak perlu memperhitungkan dosa orang lain. Karena aib kita pun sesungguhnya banyak.

Saya tidak akan menyerang siapapun. Karena kutu kupret, ga akan pernah sebanding dengan “orang besar”. Tapi jika saya hanya diam dan menunggu tirai bioskop ini tertutup. Mungkin ini lelucon yang garing saat saya menceritakannya kepada generasi mendatang.

Draft tentang era runtuhnya Persija. Sanggupkan membayangkan jika Jakarta tak mempunyai tim sepakbola? Apa yang akan kita bicarakan di warung kopi? Siapa yang akan menyewa angkutan – angkutan secara besar? Mungkin cat–cat sablon akan mengering dan mengeras di meja produksi. Ahhhh…minim banget otak saya?! Tapi, ya memang begitulah adanya. Kami hanya mengerti uang kecil untuk para pejuang pejuang rejeki kecil. Bukan dengan untung besar, dalam megahnya dinamika perbankan. Uang kecil, krincingan di kantong. Masih lebih terasa dari print out dalam buku deposito. Yup, itu semua kan baru draft. Baru rancangan. Semoga Persija tidak akan runtuh ya..

Bicara soal supporter, mungkin saya bukan lah supporter militan yang selalu siaga mendampingi Tim kemanapun bermain. Bukan supporter yang spektakuler; karena jangankan membeli, memengang “merecon” saja saya tidak bernafsu. Yup, siapa si saya?? Hanya orang bodoh yang berbagi lewat tulisannya.

Sambil menyisakan snack kacang khas negeri ini, kami sepakat untuk mengakhiri senin sore kemarin dengan bubar jalan. Tapi esok, kita kembali menjadi Generator. Mesin penggerak mimpi awal Suratin. Dan sumpah, Ulat Bulu Serit dari Senayan ini Gatel bangettt..

Biarlah semangat M.H. Thamrin selalu ada dalam dekapan lembut ide – ide cerdas Suratin.
Manusia Ibukota dari Negeri Dunia Ketiga.
Mat Nga’ih
free counters